Dimulai di Kandangan pada Jumat (23/1) sore, aktivis HTI Kandangan turun kejalan menggelar aksi di Bundaran Lampu Merah Kandangan.
Dalam orasinya baik ust Abdul Wahab maupun ust Abdul Haris menuntut penghentian upaya penghinaan Nabi SAW.
Baca Juga : HTI Banjarbaru Kutuk Penghina Nabi SAW
Tuntutan yang sama juga dikumandangkan oleh 70-an aktivis HTI di Rantau pada hari Ahad (25/1). Dalam orasi yang dilakukan sambil berjalan mengitari kota Rantau diserukan agar Barat menghentikan sikap standar gandanya pada umat Islam.
"Jika menghina Nabi SAW dianggap sebagai kebebasan berekspresi lantas mengapa perempuan muslimah di Perancis dilarang menggunakan burdah ?" tegas ust Zaenuri.
Dalam kesempatan itu pula para aktivis HTI ini membagi-bagikan rilis jubir HTI kepada masyarakat yang lalu-lalang di sepanjang jalan.
Tak mau ketinggalan, para aktivis HTI di Barabai pun turut pula menyuarakan tuntutan terhadap Charlie Hebdo dengan membagikan rilis jubir HTI kepada masyarakat yang sedang ramai berolahraga di Lapangan Dwi Warna Barabai pada Ahad (25/1) pagi.
Sebelumnya pembagian rilis jubir HTI ini dilakukan pula di 3 masjid besar di kota Barabai.
Suasana Ahad (25/1) di Tanjung menjadi semakin ramai dengan aksi di simpang Polres Tabalong. Aksi yang diikuti sekitar 80-an aktivis HTI di Tanjung ini sangat menarik perhatian masyarakat yang berolahraga di komplek Pendopo Bupati.
Selain berorasi, juga dibagikan rilis jubir HTI di 4 titik lampu merah. Aksi ini mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Seorang karyawan perusahaan yang melihat acara tersebut menanyakan ada aksi apa. Setelah dijelaskan bahwa ini adalah upaya untuk membela Nabi SAW dari penghinaan, beliau mendukungnya.
"Harus itu... Harus ada yang menyuarakan pembelaan supaya kita tidak disangka diam atas penghinaan ini," ujar beliau. Seorang Kepala Sekolah yang menemui setelah aksi usai juga menyatakan hal yang kurang lebih sama.
Baca Juga : Hukum Mati Penghina Nabi SAW
"Penghinaan ini menunjukkan kepada kita bahwa tanpa persatuan umat Islam tak ubahnya buih di lautan. Terhadap urusan yang merupakan bagian dari aqidahnya pun umat Islam tak mampu menghentikannya," tegas ust Haris dalam orasinya.
"Kondisi ini sangat berbeda ketika umat Islam masih memiliki Khilafah. Saat itu Khilafah dengan sangat berwibawa mampu mencegah upaya pementasan drama yang menghina Nabi SAW yang akan diadakan di Perancis dan Inggris. Bahkan, Khilafah siap menhirim pasukan jihadnya jika pementasan tersebut tetap dilaksanakan. Inilah urgensi Khilafah itu," pungkas ust Eko mengakhiri orasi disertai gerimis yang mulai turun.
Di bawah gerimis yang mulai menjadi hujan ust Ruspian membacakan doa bagi kemuliaan kaum muslimin sekaligus mengakhiri aksi yang berjalan 1,5 jam ini. [*]