Minggu, 29 Desember 2013

HUKUM MERAYAKAN TAHUN BARU MASEHI....



 Tanya : Ustadz, bolehkah seorang muslim ikut  merayakan tahun baru? 

Jawab : Perayaan tahun baru Masehi (new year’s day, al ihtifal bi ra`si as sanah) bukan hari raya umat Islam, melainkan hari raya kaum kafir, khususnya kaum Nashrani. Penetapan 1 Januari sebagai tahun baru yang awalnya diresmikan Kaisar Romawi Julius Caesar (tahun 46 SM), diresmikan ulang oleh pemimpin tertinggi Katolik, yaitu Paus Gregorius XII tahun 1582. Penetapan ini kemudian diadopsi oleh hampir seluruh negara Eropa Barat yang Kristen sebelum mereka mengadopsi kalender Gregorian tahun 1752. (www.en.wikipedia.org;www.history.com) Bentuk perayaannya di Barat bermacam-macam, baik berupa ibadah seperti layanan ibadah di gereja (church servives), maupun aktivitas non-ibadah, seperti parade/karnaval, menikmati berbagai hiburan (entertaintment), berolahraga seperti hockey es dan American football (rugby), menikmati makanan tradisional, berkumpul dengan keluarga (family time), dan lain-lain. (www.en.wikipedia.org). Berdasarkan manath (fakta hukum) tersebut, haram hukumnya seorang muslim ikut-ikutan merayakan tahun baru Masehi. Dalil keharamannya ada 2 (dua); Pertama, dalil umum yang mengharamkan kaum muslimin menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bi al kuffaar). Kedua, dalil khusus yang mengharamkan kaum muslimin merayakan hari raya kaum kafir (tasyabbuh bi al kuffaar fi a’yaadihim). Dalil umum yang mengharamkan menyerupai kaum kafir antara lain firman Allah SWT (artinya) : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad) ‘Raa’ina’ tetapi katakanlah ‘Unzhurna’ dan ‘dengarlah’. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.” (QS Al Baqarah : 104). Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan Allah SWT telah melarang orang-orang yang beriman untuk menyerupai orang-orang kafir dalam ucapan dan perbuatan mereka. Karena orang Yahudi menggumamkan kata ‘ru’uunah’ (bodoh sekali) sebagai ejekan kepada Rasulullah SAW seakan-akan mereka mengucapkan ‘raa’ina’ (perhatikanlah kami). (Tafsir Ibnu Katsir, 1/149). Ayat-ayat yang semakna ini banyak, antara lain QS Al Baqarah : 120, QS Al Baqarah : 145; QS Ali ‘Imran : 156, QS Al Hasyr : 19; QS Al Jatsiyah : 18-19; dll (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 12/7; Wa`il Zhawahiri Salamah, At Tasyabbuh Qawa’iduhu wa Dhawabituhu, hlm. 4-7; Mazhahir At Tasyabbuh bil Kuffar fi Al ‘Ashr Al Hadits, hlm. 28-34). Dalil umum lainnya sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR Ahmad, 5/20; Abu Dawud no 403). Imam Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan sanad hadits ini hasan. (Fathul Bari, 10/271). Hadits tersebut telah mengharamkan umat Islam menyerupai kaum kafir dalam hal-hal yang menjadi ciri khas kekafiran mereka (fi khasha`ishihim), seperti aqidah dan ibadah mereka, hari raya mereka, pakaian khas mereka, cara hidup mereka, dll. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 12/7; Ali bin Ibrahim ‘Ajjin, Mukhalafatul Kuffar fi As Sunnah An Nabawiyyah, hlm. 22-23). Selain dalil umum, terdapat dalil khusus yang mengharamkan kaum muslimin merayakan hari raya kaum kafir. Dari Anas RA, dia berkata,”Rasulullah SAW datang ke kota Madinah, sedang mereka (umat Islam) mempunyai dua hari yang mereka gunakan untuk bermain-main. Rasulullah SAW bertanya,’Apakah dua hari ini?’ Mereka menjawab,’Dahulu kami bermain-main pada dua hari itu pada masa Jahiliyyah.’ Rasulullah SAW bersabda,’Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud, no 1134). Hadits ini dengan jelas telah melarang kaum muslimin untuk merayakan hari raya kaum kafir. (Ali bin Ibrahim ‘Ajjin, Mukhalafatul Kuffar fi As Sunnah An Nabawiyyah, hlm. 173). Berdasarkan dalil-dalil di atas, haram hukumnya seorang muslim merayakan tahun baru, misalnya dengan meniup terompet, menyalakan kembang api, menunggu detik-detik pergantian tahun, memberi ucapan selamat tahun baru, makan-makan, dan sebagainya. Semuanya haram karena termasuk menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bi al kuffaar) yang telah diharamkan Islam. Wallahu a’lam. [] M Shiddiq Al Jawi ÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷ 

Sabtu, 28 Desember 2013

Kisah akhir pastor di Amerikyang gigih memurtadkan orang


Maasyaa Allaah,,, :)

TAK ada yang perlu dicari Skip Estes muda dalam hidup, kecuali melangkah nyaman di jalan yang sudah terbentang mulus. Ia sudah punya apa yang diinginkan kebanyakan orang Amerika: kekayaan, usaha, keluarga bahagia, dan tampang yang boleh juga. Tambahan, ia punya kegiatan yang mulia: mengajak orang-orang kepada agama Kristen – kepada jalan Yesus Kristus.

Ya, disamping pebisnis alat-alat musik dan pemilik studio musik, stasiun radio dan TV lokal, iapreacher – di Indonesia lazim disebut pastor, yakni penyeru agama dalam Protestan.
Dengan semua anugrah itu, ia selalu tampak bergairah, gembira dan bersemangat. Juga ketika ayahandanya, seorang ordain minister [pendeta senior], bilang padanya: “Kita akan berbisnis dengan seseorang dari Kairo, Mesir.”

“Baik ayah,” jawab Skip.
“Dan dia ‘Moslem’,” kata ayahnya lagi.
“Hah? Aku tidak mau ayah! ‘Moslem’? Mereka kan teroris, tukang meculik orang, membajak. Mereka tak percaya Tuhan. Mereka itu mencium tanah lima kali sehari dan menyembah kotak hitam di gurun pasir,” cerocos Skip.
“Ah, kamu harus ketemu dia. Ini bisnis,” desak ayahnya.
Merasa tak kuasa melawan, ia masih mengajukan syarat: “Baik. Aku mau ketemu dia. Tapi akan kukristenkan dia!”
“Kamu lakukan apa yang menurutmu bagus ,” pungkas ayahnya.
****

Hari pertemuan pun tiba. Skip sengaja menemui ‘tamu Kairo’ itu sepulang dari gereja pada hari minggu, dengan pakaian kebaktian lengkap dan injil di tangan, ditemani istri.
Ketika melihat sang tamu, ia kaget campur heran. “Kok ‘Moslem’ begini?” pikirnya. Sebelumnya ia membayangkan akan bertemu pria bercambang-jenggot, baju panjang dan bersorban. Tapi yang dilihatnya jauh dari bayangan itu: Muhammad Abdurrahman, nama tamu itu, berpakaian biasa: kemeja dan celana panjang, wajah kelimis, tak ada bulu-bulu di wajahnya. Bahkan di kepala pun tak ada! Dia botak.
Setelah sedikit obrolan perkenalan, masuk ke obrolan bisnis. Lancar. Tapi Skip ingin lebih dari itu. Ia punya agenda lain: mengkristenkan si tamu.

“Apakah anda percaya Tuhan?” Skip langsung nembak.
“Ya,” jawab Muhammad.
“Maksud saya Tuhannya Ibrahim. Anda percaya nabi Ibrahim?” desak Skip.
“Ya.”
“Anda percaya nabi Daud, Musa?”
“Ya.”
Sialan, pikir Skip. Kok dia percaya Tuhan orang Kristen? Nabi-nabi orang Kristen? Apa dia sedang basa-basi? Tidak jujur?
“Apakah anda juga percaya Yesus? Dan kelahiran ajaibnya? Mukjizatnya menyembuhkan orang lumpuh dan bahkan menghidupkan orang mati?”
“Ya,” jawab Muhammad.
“Anda juga percaya injil?”
“Ya.”

Skip bingung, tapi juga senang. Kalau begitu tak akan sulit mengkristenkan dia, pikirnya. Segera ia pun mengabarkan injil padanya. Ayat demi ayat. Bab demi bab. Dan sang tamu mengangguk-ngangguk penuh pengertian.

Tentu mengubah agama orang tak bisa singkat; tak boleh terburu-buru. Ia lantas mengajak sang tamu tinggal di rumahnya. Muhammad menolak, tapi Skip mendesak, memohon. Muhammad pun setuju.
Di luar urusan bisnis, di obrolan beranda, dalam perjalanan, Skip selalu mendakwahkan Kristen kepada Muhammad, yang lebih banyak diam.  Hanya sesekali ia menimpali. Sampai satu titik, Skip mengajak Muhammad kepada Kristen. Kali ini Muhammad menjawab:

“Saya bersedia masuk agama anda,” katanya.
“Asal anda bisa membuktikan agama anda lebih benar dari agama saya,” tambahnya.
Skip berkerut kening: “Bung, agama bukan soal bukti. Agama soal keyakinan.”
“Di agama kami ada dua-duanya. Kami punya keyakinan, kami pun punya bukti-bukti,” jawab Muhammad.
Skip terdiam. Bagaimana membuktikan injil benar? Pikirnya.
***

Skip tak menyerah. Ia mengundang temannya, pendeta Katolik Peter Jacobs, ayahnya sendiri Edward Estes, dan istrinya,  untuk ikut mengabarkan kebenaran  injil kepada si tamu Mesir. Maka, saban senja, ‘pengajian’ pun digelar di rumah keluarga Estes dengan hanya satu jama’ah, yakni sang tamu, dan tiga ‘pendakwah’, yakni Skip sendiri, ayah Skip, dan si pendeta Katolik Peter Jacobs – plus istri Skip yang hadir lebih sebagai ‘saksi’.
Makin masuk ke  ‘pengajian’, masalah mulai timbul. Pengkhabaran yang disampaikan masing-masing penkhabar kepada si Muslim berbeda-beda dalam banyak hal. Sebabnya, mereka mendasarkan pada versi injilnya masing-masing. Ayahanda Skip menggunakan versi King James, Skip menggunakan versi American Standard, pendeta Katolik Peter Jacobs membawa versi lebih kuno, dan istri Skip menggunakan versi Jimmy Swaggart, yang lebih ditujukan kepada masyarakat modern Amerika.

Ketika Skip mebacakan satu ayat injil, ayahadanya menyergah: “Tidak begitu bunyinya menurut injil ini,” sambil membacakan ayat injil yang dia bawa.
Peter Jacobs pun mengoreksi: “Bukan begitu menurut injil yang sebenarnya. Ini saya bawa,” sambil membacakan ayat injil versinya.

Ini terjadi pada banyak topik. Jadinya, tanpa disadari, perbincangan dan pedebatan lebih banyak terjadi antara para pengkhabar itu, tentang ayat mana yang sah dan injil versi mana yang bisa dijadikan sandaran – sang jama’ah tunggal lebih sebagai penonton.

Di tengah kebingungan, Skip bertanya kepada si tamu Mesir: “Kalau kitab anda ada berapa versi?”
“Kitab kami tak ada versinya, karena hanya satu,” jawab Muhammad.
Semua pengkhabar terlihat agak terhenyak.
“Teksnya, susunan ayatnya, bahasanya, kalimatnya, titik-komanya, satu – dalam bahasa Arab,” tambah Muhammad.
“Kemana pun tuan-tuan pergi: Arab, Mesir, Turki, Pakistan, Indonesia – kemana saja – carilah al-Qur’an dan liat. Semua sama. “
“Memang ada terjemahan ke berbagai bahasa, tapi kami tidak menyebut terjemahan sebagai al-Qur’an,” kata Muhammad pula.
Setiap kali ‘pengajian’ usai, kebingungan lebih menyerang para pengkhabar injil, terutama tentang keabsahan kitab mereka masing-masing.
***

Skip makin penasaran kepada dua hal: Islam dan al-Qur’annya; serta asal-usul injil yang didakwahkannya terus menerus. Kini, tanpa sadar, ia lebih banyak menyelediki asal-usul injil sembari bertanya tentang al-Qur’an pada tamu Mesirnya, daripada mendakwahkan injil kepadanya.
Sampai suatu tahap, ia tersadar bahwa untuk hal-hal yang kurang dimengertinya dalam injil, ia mendapatkan penjelasan lebih lengkap dan jelas dari al-Qur’an. Misalnya, sementara ummat Kristen berkeyakinan bahwa Yesus itu anak Alllah, dalam injil tak ada satu ayat pun yang menjelaskan itu. Bahkan yang ada adalah perintah menyembah Tuhan yang satu.

Perjanjian Baru:
Markus 12:29: Tuhan adalah satu, dan engkau harus menyembahnya sepenuh jiwa

Perjanjian Lama:
Hozaiya, chapter 16:4: Engkau tak punya tuhan selain Aku. Dan selain aku tidak ada penyelamat.
Jesus saith unto Him, I am the Way the Truth and the life, no man cometh unto the Father but by Me.(Jhon 14:6).

Dia tak kunjung mengerti darimana asal muasalnya ketuhanan Yesus dan konsep Trinitas.
Dalam al-Qur’an, keterangan tentang Yesus [Nabi Isa] sangat jelas. Ia adalah utusan Tuhan yang lahir secara mukjizat, dan menyeru untuk beriman dan menyembah kepada Allah yang esa.
Bahkan nama bible [injil] pun tak ada dalam injil. Ia berasal dari bahasa Yunani biblios, yang artinya buku. Tapi al-Qur’an dengan jelas menyebutkan ummat yang menerima wahyu sebelum mereka, yakni Nasrani dan Yahudi, sebagai ahlul kitab.

Dan yang paling memusingkannya adalah konsep Trinitas. Satu yang tiga; tiga yang satu. Sudah pake logika apa pun tetap sulit. Bolak-balik ia berkonsultasi kepada Peter Jacobs minta saran bagaimana mendakwahkan Trinitas kepada si Muslim Mesir.

Pertama, si pendeta menyarankan pakai perumpamaan apel. Satu buah apel. Tapi dia terdiri dari tiga: kulit, isi dan biji. Tapi sambil di jalan pikirannya sendiri menyanggah: tapi biji apel kan tidak satu? Lagian biji apel, daging apel, dan kulit apel kan bukan apel? Jika Tuhan terdiri dari roh kudus, Bapak dan anak, berarti ketiga-tiganya bukan Tuhan. Ia pun urung menyampaikan perumpamaan Tuhan dan apel ini kepada Muhammad.
Lalu balik lagi ke si pendeta. Minta saran lain. Kali ini perumpamaannya adalah sebuah telur. Satu telur. Pada telur ada kulit, putih dan kuning.

Ah, itu kan tidak beda dengan perumpamaan apel tadi. Ga akan kena juga kepada Muhammad. Balik lagi. Lantas menerima perumpaan satu keluarga: ada bapak, ibu, anak. Tapi satu keluarga. Tak kena juga. Logikanya sama: Bapak kan bukan satu keluarga. Demikian pula ibu, anak. Tak berani pula ia pake perumpamaan itu. Skip tambah bingung.

Karena bingung, alih-alih mendakwahkan Trinitas kepada Muhammad, ia malah bertanya kepadanya:
“Kalau Tuhan anda gimana sih? Ada berapa?”
Muhammad menjawab dengan mengutip ayat al-Qur’an, surah al-ikhlas:
“Katakanlah: Allah itu satu. Allah yang maha mulia. Dia tidak beranak dan bukan anak siapa pun. Dan tidak ada satu pun yang menyerupainya.”

Skip tertegun. Begitu sederhana. Begitu tegas. Begitu jelas. Begitu terang: satu ya satu. Tidak menyerupai segala ciptannya, apa pun itu.

Lagi pula, bukankah  itu yang sebetulnya yang dikhabarkan injil? Tuhan itu satu. Tidak terkena sifat nisbi makhluk: punya anak dan orangtua. Tapi bagaimana ceritanya bisa jadi tiga?

Makin hari, Skip makin tertarik kepada ketegasan dan kejelasan al-Qur’an. Kini posisinya sudah terbalik. Skip bukan mendakwahkan Kristen kepada Muhammad, tapi belajar al-Qur’an dan al-Islam kepadanya.
Dan yang pindah perhatian ini bukan hanya dirinya, tapi juga si pendeta Katolik. Makin sering sang pendeta menemui Muhammad dan pergi bareng.  Muhammad sering pergi ke Mesjid yang ada di kota itu untuk shalat berjama’ah atau I’tikaf, kebetulan saat itu bulan Ramadhan.  Peter sering ikut. Tentu saja ini membuat Skip penasaran. Suatu saat, ia bertanya kepada si pendeta:

“Sembahyang mereka bagaimana?” tanya Skip.
“Biasa saja. Mereka bediri khidmat. Membungkuk, menempelkan dahi ke lantai seperti pendeta Katolik, duduk, lalu menengok  ke kiri dan kekanan. Setelah itu mereka duduk bersila, membaca doa-doa dalam bahasa Arab. Suasananya sangat damai dan tentram,” jawab si Pendeta.
***

Suatu senja, setelah berbincang bertiga, Peter Jacobs dan Muhammad pamit untuk pergi beberapa jam. Setelah larut, mereka belum kembali. Skip mulai khawatir.
Akhirnya Muhammad muncul juga. Di temani seseorang berpeci putih dan bergamis. Dahi Skip mengernyit, menyidik siapa orang itu, ternyata si pendeta.

Skip kaget bukan alang kepalang: “Peter! Kau jadi Muslim?” Skip setengah berteriak.
Peter menjawab: “Asyhadu al-laa ilaahi illallah. Wa asyhadu anna Muhammad ar-rasuulullah
Skip terduduk. Tak tau persis apa yang dirasakan. Ia ingin bertanya banyak kepada Peter, tapi dia sudah tertidur di tempat duduknya.

Dalam perasaan dan pikiran tak menentu, Skip berjalan mondar-mandir,  masuk ke kamar dan bergumam kepada istrinya: “Ini gimana ceritanya, kok pendeta Katolik masuk Islam..”
Dan komentar sang istri sangat menghentakkan jantungnya: “Pa, aku ingin cerai. Setelah semua pembicaraan ini, injil, qur’an, Islam, aku pikir kita harus berpisah.”
Skip terkejut bukan alang kepalang: “Hey?! Ada apa ini? Aku hanya cerita kok pendeta masuk Islam. Bukan aku yang masuk Islam. Tak mungkin itu! Tidak ada masalah dengan kita!” sergah Skip.
“Kita jelas ada masalah,” jawab istrinya. “Muhammad bilang bahwa perempuan Muslim tak bisa menikah dengan pria Kristen. Aku mau masuk Islam.”
Skip terhenyak untuk kesekian kalinya. Terdiam. Cukup lama. Tiba-tiba wajahnya berubah girang dan berkata: “Dengar Ma, berita baiknya adalah, aku pun ingin masuk Islam!”
“Gimana Mama mau percaya? Hanya beberapa detik lalu Papa bilang tak mungkin masuk Islam,” kata istrinya.
***

Skip pun berjalan lunglai ke luar rumah, tak tau mau kemana. Akhirnya ia menemui Muhammad.
“Dengar kawan,” katanya. “Kali ini aku tak akan bicara apa-apa. Aku hanya ingin mendengar. Ceritakanlah padaku segala sesuatu tentang Islam, al-Qur’an, Nabi Muhammad..” pinta Skip.

Mereka pun berjalan berdua, cukup jauh, ‘hanya’ untuk mengisi suntuk. Sampai lewat pagi buta dan fajar muncul, baru keduanya berpisah, karena Muhammad harus bershalat subuh.

Skip tak segera masuk rumah; berjalan mondar-mandir dulu ke halaman depan dan belakang. Semua omongan Muhammad masih tinggal di kepalanya, dan entah dari mana, ada semacam sikap kepasrahan, keterbukaan, kejujuran, terhadap apa yang disampaikan teman Mesirnya itu. Namun jauh lebih dari itu adalah, kepasrahan kepada pencipta dan penguasa segala makhluk, rongga hatinya seolah terus menganga menunggu tumpahan cahaya. Dan kini, cahaya itu mulai tampak mendekat bersama fajar dan kilasan lembayung dini hari.
Ia menemukan sebuah papan di pinggir rumah. Lalu papan itu ia hamparkan di tanah. Kemudian Skip menempelkan dahinya di situ, meniru gerakan sujud orang Islam, mengarah ke kiblat.

Dalam kepenatan pikiran, ia merundukkan nalar dan kalbunya dalam sujud itu. Mulutnya bergumam. Hanya satu kalimat: “Ya Tuhan, bimbinglah aku.”
Hanya satu kalimat itu.
***

Setelah beberapa lama ia menumpukan dahinya – bagian jasad yang mewakili kejumawaan manusia – di tanah; sejajar dengan lutut dan telapak kaki; ia pun bangun dan berdiri. Seketika itu juga kehendak nuraninya menyeruak; keputusan yang datang tiba-tiba.

Skip kemudian menemui Muhammad, memintanya bersaksi bahwa Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Muhammad membimbingnya dalam bahasa Arab: “Asyhadu an-laa ilaahi illallah. Wa asyhadu anna Muhammad ar-rasuulullah.”

Segera istrinya menyusul mengucapkan syahadat.  Tak sampai sepekan, ayahandanya juga masuk Islam. Skip memaklumkan namanya sebagai Yusuf Estes.
Semua para pengkhabar injil itu kini telah jadi Muslim.

Catatan:

Tulisan saya di atas tidak mencakup aspek lain yang sebetulnya penting dalam proses ketertarikan para pengkhabar injil itu kepada Islam.  Ke-tak-mencakup-an itu semata-mata karena kepentingan penulisan saja, supaya lebih terfokus dan efisien.

Catatan ini saya khususkan untuk aspek yang tak sempat tertuliskan itu. Begini:

Memang, pusat kepenesaranan dan ketertarikan para pengkhabar injil itu tertuju kepada kelugasan, kesederhanaan dan kejelasan al-Qur’an. Tapi itu bukan satu-satunya daya tarik. Aspek lainnya adalah: pribadi Muhammad si tamu Mesir itu.

Seperti diceritakan Yusuf Estes [sebelumnya Skip Estes], Muhammad tak suka berdebat. Pengkhabaran Yusuf Estes yang terus menerus dan ‘menantang’ kepadanya, hanya sesekali saja dia tanggapi. Itu pun lebih banyak dalam bentuk pertanyaan.

Suatu saat, Yusuf dan Muhammad sedang melayani para pembeli di toko alat musik Edward Joseph. Setiap memberikan barang kepada pembeli, Muhammad selalu mengambil dari tumpukkan barang di belakang pajangan, yang memang lebih baru dan bagus.

Yusuf menegur: “Kasih barang yang di tumpukkan depan. Jadi barang yang sudah agak lama cepat terjual.”
Muhammad menjawab: “Maaf kawan, kami selalu memberikan barang yang terbaik untuk pembeli.”
Selain itu, Muhammad tak peran ngomelin pembeli di belakang. Adalah umum di kalangan para penjual, bermuka manis dan berkata ramah kepada pembeli, termasuk pembeli yang cerewet atau nyebelin. Begitu pembeli berlalu, si penjual ngomong kepada temannya: “Pembeli bodoh, sombong, belagu…”
Muhammad tak pernah. Dan ini membuat Yusuf terpesona.

Catatan ini penting untuk menjelaskan bahwa keunggulan Islam sangat terbantu – bahkan dalam beberapa hal ditentukan – oleh pribadi Muslim. Dakwah Islam tak akan efektif bila pribadi para pendakwahnya tak menunjukkan kebersahajaan, kesederhanaan, kerendahatian, seperti yang diajarkan Islam melalui nabi Muhammad SAW.

[Berlanjut]

Kepastoran Yusuf Estes sebelum memeluk Islam menjadikannya sosok unik. Di satu sisi ia menguasai injil dan berbagai persoalannya, di sisi lain pemahamannya terhadap al-Qur’an berlangsung sangat cepat karena kitab itu menyediakan jawab-jawab yang selama ini ia cari. Ia segera belajar bahasa Arab dan menguasainya secara cepat pula.

Beberapa bulan setelah menjadi Muslim, seorang rekan pendeta mengundangnya ke gereja setempat untuk menjelaskan mengapa ia menjadi Muslim. Yusuf tampil di mimbar dengan penuturan yang sangat jelas, mudah, mengesankan. Penjelasannya tentang injil dan al-Qur’an sangat logis dan memuaskan akal.

Setelah turun mimbar, seorang anggota jama’ah perempuan menghampirinya; bertanya padanya bagaimana cara masuk Islam. Yusuf langsung membimbingnya seketika itu juga; di dalam gereja; perempuan itu mengucapkan dua kalimah syahadat.
“Taukah anda siapa perempuan muda itu?” kata Yusuf suatu saat. “Dia adalah anak pendeta yang mengudang saya. Anda bisa bayangkan perasaan sang ayah. Dia mengundang saya, maksudnya untuk bertobat dan kembali kepada Kristen, malah anaknya ikut saya.”
“Itu pasti karena kehendak Allah. Tapi juga karena saya tidak menyerang, menghakimi Kristen dan injil. Saya hanya menjelaskan,” tambahnya.

Tak lama setelah kejadian itu ia diundang lagi oleh pendeta yang sama. Ke gereja yang sama. Yusuf bercerita lagi tentang injil dan al-Qur’an, Trinitas, Tauhid dan apa itu Islam. Setelah turun mimbar, kali ini bukan perempuan muda yang menghampirinya, tapi orang sebayanya. Siapa? Bapak si perempuan itu. Dia pun menyatakan diri ingin menjadi Muslim.

Singkat cerita, ia menjadi International Speaker of Islam; mendirikan Islamic Missionary Work. Ia menjadi salah satu tokoh dalam United Nations World Peace Conference for Religious Leaders [Konferensi Perdamaian Dunia  untuk Para Pemimpin Agama] di Washington, tahun 2000.

Tahun [2012], ia pun menjadi delegasi Dubai International Peace Convention, di mana ia jadi pusat perhatian para delegasi lain karena kisah pribadinya yang menarik, penguasannya terhadap materi, dan cara penyampainnya yang khas.
Stasiun radio, teve-nya tetap berjalan, tapi kini isinya tentang Islam. Nama acaranya, ‘The Deen Show’, kian hari kian popular.

Yusuf punya ratusan situs dakwah. Di sini hanya disebut tiga saja: Islamtomorrow.com, Islamyesterday.com, Islamalways.com,  yang menjadi sumber informasi tentang Islam bagi mereka yang ingin tau tentang Islam. Pengaruhnya di kalangan atas sangat kentara, sehingga mereka yang mengikut jejaknya jadi muallaf adalah para pesohor: bintang musik rok, artis film, ilmuwan dan politisi ulung Amerika.
Terakhir, ia mendirikan satu-satunya saluran TV Islam Amerika bernama Guide US TV. Pilihan nama itu benar-benar cerdas, karena artinya bisa dua: ‘bimbinglah kami’ dan ‘bimbinglah Amerika Serikat’. Dua-duanya tak salah.

Hampir setiap pengajian Yusuf Estes ditutup dengan pengucapan syahadat beberapa jama’ah non-Mulsim yang memutuskan memeluk Islam. Makin hari para pengucap syahadat itu makin banyak saja. “Tadinya puluhan orang Amerika masuk Islam setiap bulan. Kamudian ratusan. Sekarang ribuan,” katanya.
Jika hari ini Islam di Amerika Serikat dinyatakan sebagai agama yang paling cepat berkembang, persis di tengah proses itu adalah Yusuf Estes.

sumber: http://kafilyamin.wordpress.com/2012/06/28/kisah-para-pengkhabar-injil/

Copas from : http://hti-fans.blogspot.com/2013/12/kisah-akhir-pastor-di-amrik-yang-gigih.html

Kamis, 26 Desember 2013

TENTANG TA'ARUF...!

Secara bahasa ta'aruf bisa bermakna ‘berkenalan’ atau ‘saling mengenal’. Asalnya berasal dari akar kata ta’aarafa. Seperti ini sudah ada dalam Al-Qur’an. Simak saja firman Allah (yang artinya),
“Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (ta’arofu) ...” (QS. Al Hujurat: 13).
Kata li ta’aarafuu dalam ayat ini mengandug makna bahwa, aslinya tujuan dari semua ciptaan Allah itu adalah agar kita semua saling mengenalyang satu terhadap yang lain. Sehingga secara umum, ta’aruf bisa berarti saling mengenal. Dengan bahasa yang jelas ta’aruf adalah upaya sebagian orang untuk mengenal sebagian yang lain.
Jadi, kata ta’aruf itu mirip dengan makna ‘berkenalan’ dalam bahasa kita. Setiap kali kita berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga kita, orang baru atau sesama penumpang dalam sebuah kendaraan umum misalnya, dapat disebut sebagai ta’aruf. Ta’aruf jenis ini dianjurkan dengan siapa saja, terutama sekali dengan sesama muslimuntuk mengikat hubungan persaudaraan. Tentu saja ada batasan yang harus diperhatikan kalau perkenalan itu terjadi antara dua orang berlawanan jenis, yaitu pria dengan wanita. Untuk itu umat islam sudah menganjurkan memberlakukan hijab bagi wanita muslimah, yang bukan hanya berarti selembar jilbab dan baju kurung yang menutupi tubuhnya dari pandangan pria yang bukan mahram, tapi juga melindungi pergaulannya dengan lawan jenis yang tidak diizinkan syari’at. Contoh dari pergaulan yang tidak diizinkan syari’at ini ialah berduaan atau bercampur-baur antara beberapa orang yang berlainan jenis dalam satu tempat secara berbauran, pergi bersama pria yang bukan mahram, dan berbagai hal lain yang dilarang syari’at. Semua itu tidak otomatis menjadi halal bila diatasnamakan ta’aruf.

Ta’aruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam islam adalah dalam batas-batas yang tidak melanggar aturan islam itu sendiri. Kalau dalam soalan makan, minum dan berpakaian saja islam memiliki aturan yang harus dijaga, misalnya tidak sembarang makan dan minum itu halal, dan tidak sembarang pakaian boleh dipakai, maka untuk hal-hal lain yang lebih kompleks islam tentu juga memiliki aturannya. Adab pergaulan, adab berkenelan, adab mengenal sesama muslim, juga memiliki aturan yang harus diperhatikan. Jadi jangan sekali-kali mencampuradukkan antara anjuran berkenalan atau mengenal sesama muslim dengan larangan-larangan agama seputar proses berkenalan tersebut. Bila dilakukan, maka hal itu sama saja dengan mencampuradukkan antara makanan halal dengan haram, dengan dalil karena manusiahidup harus makan, dan bahwa makan minum itu boleh dilakukan diluar puasa.Kemudian dalam makna khusus proses pengenalan sesorang terhadap pria atau wanita yang akan dipilih sebagai pasangan hidup sering juga disebut sebagai ta’aruf. Sebagai istilah ta’aruf tentu saja bebas nilai, sampai ada hal-hal yang memuat aplikasi dari hal-hal yang dianjurkan atau diwajibkan, atau sebaliknya, justru hal-hal yang tidak baik atau dilarang. Sejauh yang kami tahu, ungkapan ta’aruf ini tidak pernah disebutkan sebagai istilah khusus sengan arti perkenalan antar dua orang berlainan jenis yang ingin menjajaki kecocokan sebelum menikah. Karena tak ada penggunaan istilah yang sama untuk makna tersebut, maka sekali lagi kata ta’aruf ini masih bebas dinilai. Dan karna bebas nilai inilah, maka aplikasi ta’aruf ini pun bisa ditarik ulur menjadi nilai-nilai yang dianjurkan atau bahkan diwajibkan, atau sebaliknya, justru menjadi nilai-nilai yang dilarang dan diharamkan

Disadur oleh Mas Slamet dari buku Ustadz Abu ‘Umar Basyir “Ta’aruf Dulu Baru Menikah”.

Rabu, 25 Desember 2013

Dewa Matahari di Perayaan Tahun Baru & Pandangan Islam

Dewa Matahari di Perayaan Tahun Baru & Pandangan Islam

Setiap akhir tahun biasanya semua manusia di dunia ini tidak terkecuali kaum Muslim mengalami wabah penyakit yang luar biasa, pengidap penyakit ini biasanya menjadi suka menghamburkan harta untuk berhura-hura, euforia yang berlebihan, pesta pora dengan makanan yang mewah, minum-minum semalam penuh, lalu mendadak ngitung (3.., 2.., 1.. Dar Der Dor!).
Wabah itu bukan flu burung, bukan juga kelaparan, tapi wabah penyakit akhir tahun yang kita biasa sebut dengan tradisi perayaan tahun baruan. Kaum muda pun tak ketinggalan merayakan tradisi ini. Kalo yang udah punya gandengan merayakan dengan jalan-jalan konvoi keliling kota, pesta di restoran, kafe, warung (emang ada ya?)
Kalo yang jomblo yaa.. tiup terompet, baik terompet milik sendiri ataupun minjem (bagi yang nggak punya duit). Kalo yang kismin, ya minimal jalan-jalan naik truk bak sapi lah, sambil teriak-teriak nggak jelas.
Dan bagi kaum adam yang normal menurut pandangan jaman ini, kesemua perayaan itu tidaklah lengkap tanpa kehadiran kaum hawa. Karena seperti kata iklan “nggak ada cewe, nggak rame
Bahkan di kota-kota besar, tak jarang setelah menunggu semalaman pergantian tahun itu mereka mengakhirinya dengan perbuatan-perbuatan terlarang di hotelatau motel terdekat.
Yah itulah sedikit cuplikan fakta yang sering kita lihat, dengar, dan rasakan menjelang malam-malam pergantian tahun. Ini dialami oleh kaum muslimin, khususnya para anak muda yang memang banyak sekali warna dan gejolaknya. Nah, sebagai pemuda-pemudi muslim yang cerdas, agar kita nggak salah langkah di tahun baruan ini, maka kita harus menyimak gimana seharusnya kita menyikapi momen yang satu ini.
Asal muasal tahun baruan
Awal muasal tahun baru 1 Januari jelas dari praktik penyembahan kepada dewa matahari kaum Romawi. Kita ketahui semua perayaan Romawi pada dasarnya adalah penyembahan kepada dewa matahari yang disesuaikan dengan gerakan matahari.
Sebagaimana yang kita ketahui, Romawi yang terletak di bagian bumi sebelah utara mengalami 4 musim dikarenakan pergerakan matahari. Dalam perhitungan sains masa kini yang juga dipahami Romawi kuno, musim dingin adalah pertanda ’mati’ nya matahari karena saat itu matahari bersembunyi di wilayah bagian selatan khatulistiwa.
Sepanjang bulan Desember, matahari terus turun ke wilayah bahagian selatan khatulistiwa sehingga memberikan musim dingin pada wilayah Romawi, dan titik tterjauh matahari adalah pada tanggal 21-22 Desember setiap tahunnya. Lalu mulai naik kembali ketika tanggal 25 Desember. Matahari terus naik sampai benar-benar terasa sekitar 6  hari kemudian.
Karena itulah Romawi merayakan rangkaian acara ’Kembalinya Matahari’ menyinari bumi sebagai perayaan terbesar. Dimulai dari perayaan Saturnalia (menyambut kembali dewa panen) pada tanggal 23 Desember. Lalu perayaan kembalinya Dewa Matahari (Sol Invictus) pada tanggal 25 Desember sampai tanggal 1-5  Januari yaitu Perayaan Tahun Baru (Matahari Baru)
seasons
Orang-orang Romawi merayakan Tahun Baru ini biasa dengan berjudi, mabuk-mabukan, bermain perempuan dan segala tindakan keji penuh nafsu kebinatangan diumbar disana. Persis seperti yang terjadi pada saat ini.
Ketika Romawi menggunakan Kristen sebagai agama negara, maka terjadi akulturasi agama Kristen dengan agama pagan Romawi. Maka diadopsilah tanggal 25 Desember sebagai hari Natal, 1 Januari sebagai Tahun Baru dan Bahkan perayaan Paskah (Easter Day), dan banyak perayaan dan simbol serta ritual lain yang diadopsi.
Bahkan untuk membenarkan 1 Januari sebagai perayaan besar, Romawi menyatakan bahwa Yesus yang lahir pada tanggal 25 Desember menurut mereka disunat 6 hari setelahnya yaitu pada tanggal 1 Januari, maka perayaannya dikenal dengan nama ’Hari Raya Penyunatan Yesus’ (The Circumcision Feast of Jesus)
Pandangan Islam terhadap Perayaan Tahun Baru
’Ala kulli hal, yang ingin kita sampaikan disini adalah bahwa ’Perayaan Tahun Baru’ dan derivatnya bukanlah berasal dari Islam. Bahkan berasal dari praktek pagan Romawi yang dilanjutkan menjadi perayaan dalam Kristen. Dan mengikuti serta merayakan Tahun baru adalah suatu keharaman di dalam Islam.
Dari segi budaya dan gaya hidup, perayaan tahun baruan pada hakikatnya adalah senjata kaum kafir imperialis dalam menyerang kaum muslim untuk menyebarkan ideologi setan yang senantiasa mereka emban yaitu sekularisme dan pemikiran-pemikiran turunannya seperti pluralisme, hedonisme-permisivisme dan konsumerisme untuk merusak kaum muslim, sekaligus menjadi alat untuk mengeruk keuntungan besar bagi kaum kapitalis.
Serangan-serangan pemikiran yang dilakukan barat ini dimaksudkan sedikitnya pada 3 hal yaitu (1) menjauhkan kaum muslim dari pemikiran, perasaan dan budaya serta gaya hidup yang Islami, (2) mengalihkan perhatian kaum muslim atas penderitaan dan kedzaliman yang terjadi pada diri mereka, dan (3) menjadikan barat sebagai kiblat budaya kaum muslimin khususnya para pemuda.
Ketiga hal tersebut jelas terlihat pada perayaan tahun baru yang dirayakan dan dibuat lebih megah dan lebih besar daripada hari raya kaum muslimin sendiri. Tradisi barat merayakan tahun baru dengan berpesta pora, berhura-hura diimpor dan diikuti oleh restoran, kafe, stasiun televisi dan pemerintah untuk mangajarkan kaum muslimin perilaku hedonisme-permisivisme dan konsumerisme.
Kaum muslim dibuat bersenang-senang agar mereka lupa terhadap penderitaan dan penyiksaan yang terjadi atas saudara-saudara mereka sesama muslim. Dan lewat tahun baruan ini pula disiarkan dan dipropagandakan secara intensif budaya barat yang harus diikuti seperti pesta kembang api, pesta minum minuman keras serta film-film barat bernuansa persuasif di televisi.
Semua hal tersebut dilakukan dengan bungkus yang cantik sehingga kaum muslimin kebanyakan pun tertipu dan tanpa sadar mengikuti budaya barat yang jauh dari ajaran Islam. Anggapan bahwa tahun baru adalah “hari raya baru” milik kaum muslim pun telah wajar dan membebek budaya barat pun dianggap lumrah.
”Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani-kah?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhari dan Muslim)
Walhasil, kaum secara i’tiqadi dan secara logika seorang muslim tidak layak larut dan sibuk dalam perayaan haram tahun baruan yang menjadi sarana mengarahkan budaya kaum muslim untuk mengekor kepada barat dan juga membuat kaum muslimin melupakan masalah-masalah yang terjadi pada mereka.
Dan hal ini juga termasuk mengucapkan selamat Tahun Baru, menyibukkan diri dalam perayaan tahun baru, meniup terompet, dan hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan orang-orang kafir.
Wallahua’lam
akhukum, Felix Siauw

Refleksi Akhir 2013

, Jubir HTI : “Tabir Busuk Parpol SemakinTerkuak,Demokrasi Menjadi Pangkal Penyakitnya” Tahun 2013 menjadi tahun yang penting menjelang suksesi kepemimpinan Indonesia. “Namun di tengah persiapan menjelang Pemilu, tabir busuk partai politik semakin terkuak, dan pangkal segala penyakitnya adalah sistem demokrasi sekuler ” ungkap Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Selasa (24/12) melalui surat elektronik. Menurut Ismail, syahwat mereka mengumpulkan pundi-pundi uang dengan segala cara untuk kepentingan demokrasi tak bisa ditahan lagi. Jadilah partai politik menjadi sarang bercokolnya para koruptor. “Wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR satu per satu dicokok oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),” bebernya. Ia mengingatkan, setelah tahun sebelumnya M Nazaruddin (bendahara Partai Demokrat) dijebloskan ke penjara karena terbukti korupsi giliran berikutnya adalah teman-temannya. Ada Angelina Sondakh yang November lalu dijatuhi hukuman 12 tahun penjara oleh Mahkamah Agung. Sementara Andi Alfian Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga dari Partai Demokrat, ditahan KPK karena diduga terlibat korupsi Wisma Atlet di Hambalang. Kasus yang sama menyeret mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Padahal mereka ini sebelumnya adalah bintang iklan: “Katakan tidak pada korupsi!” Bukan hanya Partai Demokrat, Ismail pun menyinggung utak-atik proyek yang dilakukan oleh kader Partai Keadilan Sejahtera. “Tak tanggung-tanggung, pelakunya adalah Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq. Di penghujung Januari, ia ditangkap KPK karena terlibat dalam pengaturan impor daging sapi dan tindak pidana pencucian uang. Di persidangan, Lutfi dinyatakan bersalah dan divonis 16 tahun penjara dan hartanya disita.” Menurut Ismail, dalam sistem demokrasi korupsi ini tidak hanya menjadi domain wakil rakyat, birokrat pun terlibat. Beberapa hari sebelum Luthfi, Irjen Pol Joko Susilo digelandang KPK. Ia didakwa terlibat korupsi simulator SIM. Di persidangan Joko divonis 10 tahun penjara. Rupanya, korupsi ini sudah menjadi penyakit akut dan menjangkiti semua lini. Agustus 2013, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini tertangkap tangan menerima suap di rumahnya. Uang itu dari perusahaan migas yang ingin memenangi tender. Wakil Presiden Boediono diperiksa KPK karena diduga bertanggung jawab atas pengucuran dana bagi Bank Century, Rp 6.7 triliun. “Demikian pula Istana disebut-sebut terlibat dalam berbagai tindak korupsi dalam kasus impor daging sapi dan Hambalang,” ungkapnya. Dan yang paling spektakuler di tahun 2013 adalah tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar oleh KPK. Ia dicokok di rumah dinasnya, komplek pejabat tinggi negara karena diduga menerima uang suap dalam kasus Pilkada di Kab Gunung Mas, Kalimantan Tengah. “Bersamanya digelandang pula kader Partai Golkar Chairunnisa,” tambahnya. Ternyata Akil tidak hanya bermain di satu Pilkada itu saja. Ia pun diduga menerima suap dalam kasus Pilkada Lebak, Banten. Saat itu pula KPK menangkap Tubagus Chaeri Wardhana, adik kandung Gubernur Banten Atut Chosiyah. Dari sinilah, berbagai kasus korupsi di Banten oleh keluarga Atut mulai terkuak. Terungkap pula, dinasti Atut menguasai hampir semua lini pemerintahan di provinsi paling barat pulau Jawa itu. Dan ada dugaan, terjadi penyalahgunaan kekuasaan di dalamnya. “Sehingga kini Atut pun digelandang ke KPK,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo

Sabtu, 21 Desember 2013

Refleksi usia 23 tahun

Hari ini  Sabtu, 21 Desember 2013 usia saya genap 23 tahun. 
saya malu dengan usia ini belum ada prestasi yg saya torehkan demi ISLAM....i
Saya malu kalo amal saya dibandingkan dengan Muhammad ALFATEH yg di usia 23 tahun mampu menorehkan sejarah dunia dengan menjadi panglima terbaik yg mampu menaklukkan Konstantinopel....
Semoga disisa2 usia hamba berikutnya hamba bisa lebih menorehkan sejarah demi kejayaan ISLAM....

dan impian2 saya kedepan bisa tercapai...
AAMIIN.......

Jumat, 20 Desember 2013

SYAM AKAN KEMBALI MENJADI IBU KOTA KHILAFAH..



SIMAKLAH PETIKAN HADITS DAN KABAR GEMBIRA DARI RASULULLAH BERIKUT INI.. DAN SEBARKAN!!!

Keutamaan Negeri Syam..

Penduduk Syam (suriah, palestine, lebanon, yordania) senantiasa berada di atas al-haqq yang dominan hingga datang Kiamat. “Sebagian umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah, dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Mu’adz berkata: dan mereka ada di Syam.“ (HR.Bukhari) “Jika penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang hari Kiamat Doa Nabi saw meminta barokah untuk negeri Syam, dan harapan Nabi saw agar penduduknya dihindarkan dari keburukan dan musibah.


Ya Allah, berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah saw menjawab: Di sana (nejed) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul dua tanduk syetan. (HR. Bukhari) Penduduk Syam diuji oleh Allah dengan penyakit tho’un (wabah pes) agar mendapat syahadah dan rohmat. “Jibril datang kepadaku dengan membawa demam dan pes, aku menahan demam di Madinah dan aku lepaskan pes untuk negeri Syam, karena meninggal karena pes merupakan mati syahid bagi umatku, rahmat bagi mereka, sekaligus kehinaan bagi kaum kafir.” (HR. Imam Ahmad)


Negeri Syam dinaungi sayap malaikat rahmat “Beruntunglah negeri Syam. Sahabat bertanya: mengapa ? Jawab Nabi saw: Malaikat rahmat membentangkan sayapnya di atas negeri Syam.” (HR. Imam Ahmad) Syam adalah negeri iman dan Islam saat terjadi huru-hara dan peperangan dahsyat. “Aku bermimpi melihat tiang kitab (Islam) ditarik dari bawah bantalku, aku ikuti pandanganku, ternyata ia adalah cahaya sangat terang hingga aku mengira akan mencabut penglihatanku, lalu diarahkan tiang cahaya itu ke Syam, dan aku lihat bahwa bila fitnah (konflik) terjadi maka iman terletak di negeri Syam.” Syam merupakan pusat negeri Islam di akhir zaman “Salamah bin Nufail berkata: aku datang menemui Nabi saw dan berkata: aku bosan merawat kuda perang, aku meletakkan senjataku dan perang telah ditinggalkan para pengusungnya, tak ada lagi perang.


Nabi saw menjawab: Sekarang telah tiba saat berperang, akan selalu ada satu kelompok di tengah umatku yang unggul melawan musuh-musuhnya, Allah sesatkan hati-hati banyak kalangan untuk kemudian kelompok tersebut memerangi mereka, dan Allah akan memberi rizki dari mereka (berupa ghanimah) hingga datang keputusan Allah (Kiamat) dan mereka akan selalu demikian adanya. Ketahuilah, pusat negeri Islam adalah Syam. Kuda perang terpasang tali kekang di kepalanya (siap perang), dan itu membawa kebaikan hingga datangnya Kiamat.” (HR. Imam Ahmad) Syam merupakan benteng umat Islam saat terjadinya malhamah kubro (perang dahsyat akhir zaman) “

Auf bin Malik al-Asyja’iy berkata: Aku menemui Nabi saw lalu aku ucapkan salam. Nabi saw: Auf ? Aku: Ya, benar. Nabi saw: Masuklah. Aku: Semua atau aku sendiri? Nabi saw: Masuklah semua. Nabi saw: Wahai Auf, hitung ada enam tanda Kiamat. Pertama, kematianku. Aku: Kalimat Nabi saw ini membuatku menangis sehingga Nabi saw membujukku untuk diam. Aku lalu menghitung: satu. Nabi saw: Penaklukan Baitul Maqdis. Aku: Dua. Nabi saw: Kematian yang akan merenggut umatku dengan cepat seperti wabah kematian kambing. Aku: Tiga. Nabi saw: Konflik dahsyat yang menimpa umatku. Aku: Empat. Nabi saw: Harta membumbung tinggi nilainya hingga seseorang diberi 100 dinar masih belum puas. Aku: Lima. Nabi saw: Terjadi gencatan senjata antara kalian dengan Bani Ashfar (bangsa pirang), lalu mereka mendukung kalian dengan 80 tujuan. Aku: Apa maksud tujuan? Nabi saw: Maksudnya panji. Pada tiap panji terdisi dari 12.000 prajurit. Benteng umat Islam saat itu di wilayah yang disebut Ghouthoh, daerah sekitar kota Damaskus.” (HR. Imam Ahmad)

Catatan: Daerah bernama Ghauthah masih ada hingga kini, tak berobah namanya, dan letaknya memang dekat Damaskus. Pasukan terbaik akhir zaman ada di Syam dan Allah menjamin kemenangan mereka. “Pada akhirnya umat Islam akan menjadi pasukan perang: satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Iraq. Ibnu Hawalah bertanya: Wahai Rasulullah, pilihkan untukku jika aku mengalaminya.

Nabi saw: Hendaklah kalian memilih Syam, karena ia adalah negeri pilihan Allah, yang Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya, jika tak bisa hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari kolam-kolam (di lembahnya), karena Allah menjamin untukku negeri Syam dan penduduknya.” (HR. Imam Ahmad) Kematian Dajjal terjadi di Syam “Al-Masih Dajjal akan datang dari arah timur, ia menuju Madinah, hingga berada di balik Uhud, ia disambut oleh malaikat, maka malaikat membelokkan arahnya ke Syam, di sana ia dibinasakan, di sana dibinasakan.” (HR. Imam Ahmad)

“Dajjal akan keluar di tengah Yahudi Asfahan hingga mencapai Madinah, ia singgah di perbatasannya, saat itu Madinah memiliki 7 pintu pada tiap pintu dijaga oleh 2 malaikat, maka penduduk Madinah yang jahat bergabung dengan Dajjal, hingga bila mereka mencapai pintu Ludd, Isa as turun lalu membunuhnya, dan sesudah itu Isa as hidup di dunia 40 tahun sebagai pemimpin yang adil dan hakim yang bijak.” (HR. Imam Ahmad) Syam adalah negeri titik temu dan titik tolak “Kalian akan dikumpulkan di sana – tangannya menunjuk ke Syam – jalan kaki atau naik kendaraan maupun berjalan terbalik (kepala di bawah) … “(HR. Imam Ahmad)

“Maimunah bertanya kepada Nabi saw: Wahai Nabi Allah, jelaskan kepada kami tentang Baitul Maqdis. Maka Nabi saw menjawab: Dia adalah negeri titik bertolak dan titik berkumpul, datanglah ke sana dan sholatlah di sana, karena sholat di sana bernilai 1000 kali sholat di tempat lain.” (HR. Ahmad)

Selasa, 17 Desember 2013

LEVEL BERPIKIR MANUSIA



MENGHADAPI PROFESOR / ULAMA / JENDERAL ...

Untuk berdakwah kepada Profesor atau Ulama, kita tidak harus lebih dulu menjadi Profesor atau Ulama. Sama halnya, berdakwah kepada Jenderal atau Presiden tidak mengharuskan kita lebih dulu menjadi Jenderal atau Presiden. Kunci kesuksesan terletak pada level berpikir kita, bukan pada status formal kita. Banyak profesor atau ulama yang hanya berpikir pada level-1, yakni sebatas keilmuannya. Mungkin mereka sangat pakar di suatu disiplin ilmu, tetapi mereka asing dengan inovasi baru (berpikir level-2), juga asing dengan bagaimana menginspirasi orang agar mau bergerak tanpa dorongan imbalan langsung (berpikir level-3).
Demikian juga, sekalipun Jenderal atau Presiden sebagai negarawan mau tak mau harus berpikir integratif (berpikir level-4), tetapi boleh jadi mereka belum berpikir independen ala pejuang (berpikir level-5). Dan boleh jadi satu-dua filosof sudah berpikir tentang perubahan yang mendasar secara ideologis (berpikir level-6), tetapi boleh jadi mereka masih asing dengan pemikiran yang tercerahkan (mustanir), kenapa kita yakin dengan adanya hari akherat yang membutuhkan keimanan, jauh di atas ideologi (berpikir level-7).

Karena itulah, seorang pengemban dakwah yang berpikir mustanir, dia tidak akan silau dan rendah diri, sekalipun berhadapan dengan profesor, ulama, jenderal, presiden atau filosof. Namun dia terus membangun kapasitasnya, sehingga pada level-7, dia lambat-laun benar-benar menguasai semua level berpikir di bawahnya.

Prof.Ing.
Fahmi Amhar

Minggu, 15 Desember 2013

Dua Ribu Intelektual Dunia Hadiri Konferensi Islam di Jakarta

Dua Ribu Intelektual Dunia Hadiri Konferensi Islam di Jakarta


Lebih dari dua ribu intelektual dari berbagai negara di dunia menghadiri Konferensi Peradaban Islam yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Jakarta selama dua hari.
“Beberapa ilmuwan internasional yang hadir dalam acara ini adalah dari Aljazair, Malaysia, Libanon, Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Australia, selain dari Indonesia sendiri,” kata juru bicara HTI, Ismail Yusanto di Jakarta, Ahad (15/12).
Dia mengatakan dalam konferensi bernama ‘Jakarta International Conference of Muslim Intellectuals’ tersebut panitia telah menerima 140 makalah ilmiah yang dikelompokkan dalam tujuh topik utama. Topik tersebut adalah perubahan politik global dan dampaknya pada negeri Muslim, tantangan tata kelola pemerintahan, tantangan ekonomi, kesehatan dan ketahanan pangan, manajemen energi dan sumber daya alam, perempuan dan keluarga, serta pendidikan dan iptek.
Konferensi tersebut mengangkat tema ‘The end of capitalism and the prospect of Islamic civilization under Khilafah’ atau ‘Akhir kapitalisme dan masa depan peradaban Islam di bahwa naungan Khilafah”. “Pada diskusi hari pertama, kita sepakat bahwa persoalan pada semua bidang tersebut bukan soal teknis semata, tapi terkait satu sama lain dan berakar pada pemisahan agama dari kehidupan sosial, politik dan ekonomi,” kata Ismail.
Menurut dia, para intelektual meyakini bahwa Islam dengan perangkat hukumnya yang dinamakan syariat, merupakan solusi terbaik bagi persoalan-persoalan tersebut. “Dengan demikian harus ada integrasi penerapan syariat Islam dalam sistem Khilafah Islam,” kata Ismail.
Dia menegaskan Khilafah berikut syariat Islam adalah gagasan ilmiah dan rasional, bukan emosional dan bersifat historis semata seperti yang dianggap oleh sebagian masyarakat selama ini. “Selama ini syariah dan Khilafah tidak pernah digali dan dikaji secara ilmiah, termasuk di Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar. Sistem Islam selalu diidentikkan dengan studi Timur Tengah, padahal tidak ada keterkaitan antara ke dua hal ini,” ujar Ismail.
Dia menambahkan konferensi ini mengelaborasi lebih lanjut persoalan dunia, terutama yang terjadi di negeri-negeri Muslim dengan memformulasikan solusi yang berasal dari pemikiran Islam sebagai sistem kehidupan yang global. Beberapa kegiatan lanjutan dari konferensi ini antara lain penerbitan kompilasi jurnal digital dan buku, serta road show ke perguruan-perguruan tinggi.[] (ROL)

Doktrin The End of History Tumbang di Tengah Menguatnya Upaya Penegakan Khilafah

Doktrin The End of History Tumbang di Tengah Menguatnya Upaya Penegakan Khilafah


Klaim kemenangan kapitalisme dalam akhir sejarah dunia digugat bahkan oleh Francis Fukuyama, penulis buku The End of History (berakhirnya sejarah dengan kapitalisme sebagai pemenang). Hal ini diungkap Hizbut Tahrir dalam konferensi intelektual Muslim internasional JICMI 2013, Ahad (15/12) di Gedung Smesco, Gatot Subroto, Jakarta.
“Ya, Fukuyama, pada tahun 1991 dengan terburu-buru mengumumkan end of history (berakhirnya sejarah dengan kapitalisme sebagai pemenang), namun peristiwa-peristiwa membuktikan bahwa pernyataan itu adalah prematur,” ungkap Direktur  Kantor Media Pusat  Hizbut Tahrir Osman Bakhach di hadapan  sekitar 1800 intelektual Muslim dari berbagai negara.
Karena, lanjut Osman, pada kenyataannya dalam bidang intelektual  atau ideologi,  runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 telah membuka panggung global bagi kebangkitan Islam sebagai alternatif terhadap kapitalisme yang buruk dan bangkrut.
“Fukuyama sendiri mengaku pada bulan Oktober 2008 setelah krisis keuangan, model Amerika telah gagal baik sebagai model ekonomi maupun sebagai visi politik liberal,” ungkapnya.
Pada saat yang sama, beber Osman, perang salib baru yang diluncurkan oleh George Wallker Bush di Afghanistan pada tahun 2001 telah membangkitkan umat ke wajah jelek dari imperialisme yang dilakukan oleh orang-orang Amerika. “Jauh lebih buruk daripada imperialisme yang dilakukan oleh orang-orang Eropa sebelumnya,” tegas Osman.
Sedangkan meletusnya Revolusi Arab, menurutnya, datang sebagai ekspresi alami umat Islam yang marah dan frustrasi terhadap tatanan geopolitik Barat.
Ia juga menegaskan buah dakwah intelektual di tengah umat yang diamalkan secara istiqamah semakin menunjukkan hasilnya, sampai-sampai peneliti dari Nixon Center For Strategic Studies Zayno Baran mengatakan meskipun pada awalnya para anggota Hizbut Tahrir ditertawakan ketika menyerukan Khilafah, sekarang Khilafah telah menjadi tuntutan yang populer di jalan-jalan negeri Muslim.
“Pada saat dunia sedang melihat dan mendengar seruan yang keras untuk pendirian Khilafah dari Jakarta hingga Asia Tengah, Istanbul ke Kairo hingga Tunisia dan revolusi heroik di Suriah, para pemimpin dunia tahu betul jam terus berdetak hingga berdirinya Khilafah,” pungkasnya.

Jumat, 13 Desember 2013

Sabar dalam mengingatkan dan Istiqomah


Seringkali ketika hendak menyampaikan dakwah, bahkan hanya sekedar menegur saudara kita yang berbuat maksiat maka kata-kata yang sering terlontar adalah " MASALAH BUAT LUH" 

Atau sekedar mengajak mereka ikut diskusi bahkan seminar , tapi justru apa yang terlisan " Ini Kalo saya ikut acara mu, saya dapat berapa ?? " 

Maka bersabaralah wahai saudaraku, karena sungguh aku, kamu dan kalian yang pada akhirnya memilih jalan dakwah ini pun pernah mengalami hal yang sama " sama-sama ogah untuk ikut atau bahkan melebur dalam dakwah, dahulu" . tapi karena kesabaran yang tinggi dan perhatian yang luar biasa dari para penyeru pun akhirnya kita luluh. 

Maka jangan katakan kenapa ia begitu susah menerima dakwah ini. tapi seberapa sering kita menyampaikan dakwah kepadanya. Karena Ingat berapa tahun kita tertempa di jalan dakwah dan akhirnya matang disini .. 

Dan jangan berharap di jalan dakwah yang kau dapatkan setiap kali selesai mengisi adalah selipan amplop berisi uang tapi seringkali justru kitalah yang harus merogoh dan mengulurkannya ..  

Maka jangan Nomor duakan dakwah hanya karena materi. Karena Uang bukan segalanya 

Istiqomah lah
Seringkali ketika hendak menyampaikan dakwah, bahkan hanya sekedar menegur saudara kita yang berbuat maksiat maka kata-kata yang sering terlontar adalah " MASALAH BUAT LUH" Atau sekedar mengajak mereka ikut diskusi bahkan seminar , tapi justru apa yang terlisan " Ini Kalo saya ikut acara mu, saya dapat berapa ?? " Maka bersabaralah wahai saudaraku, karena sungguh aku, kamu dan kalian yang pada akhirnya memilih jalan dakwah ini pun pernah mengalami hal yang sama " sama-sama ogah untuk ikut atau bahkan melebur dalam dakwah, dahulu" . tapi karena kesabaran yang tinggi dan perhatian yang luar biasa dari para penyeru pun akhirnya kita luluh. Maka jangan katakan kenapa ia begitu susah menerima dakwah ini. tapi seberapa sering kita menyampaikan dakwah kepadanya. Karena Ingat berapa tahun kita tertempa di jalan dakwah dan akhirnya matang disini .. Dan jangan berharap di jalan dakwah yang kau dapatkan setiap kali selesai mengisi adalah selipan amplop berisi uang tapi seringkali justru kitalah yang harus merogoh dan mengulurkannya .. Maka jangan Nomor duakan dakwah hanya karena materi. Karena Uang bukan segalanya Istiqomah lah

Kamis, 12 Desember 2013

Toleransi Dalam Islam

Ustadz Felix Siauw wrote: toleransi dalam Islam itu "bagimu agamamu dan bagiku agamaku" | bukan dengan mengikuti bahkan meramaikan hari ibadah agama lain jangan atas nama toleransi malah menggadaikan keyakinan sendiri | membuat aturan yang tak pernah Rasulullah lakukan alasannya toleransi lantas menggabungkan diri dalam ibadah agama lain | sementara agamanya sendiri malas dan enggan dipelajari menghormati pemeluk agama lain bukan dengan menggadaikan agama sendiri | banyak cara yang bisa digunakan untuk menghormati mereka Muslim itu harus punya prinsip dan prinsipnya harus diketahui orang | bila tidak kita akan terus-terusan punya rasa "nggak enak" "kan nggak enak kalo nggak ngucapin selamat natal" | "kan nggak enak nggak dateng nikahan dia di gereja" | itulah nggak berprinsip =_= "nggak enak nolak bos suruh pake topi sinterklas" | mereka aja ragu-ragu sinterklas ada, malah kita ikut-ikutan takhayul jelaskan secara sopan dan lembut prinsip kita | baik itu pada orang Muslim atau non-Muslim | insyaAllah mereka akan memahami bila diajak mengikuti ibadah agama lain sampaikan dengan baik-baik bahwa itu bukan cara kita | dan sampaikan apresiasi lain kepadanya "gue kawin besok bro, di gereja, dateng ya" | o.. sori bro, kalo itu gue nggak bisa, maaf ya bro! | besoknya anterin dah kado kerumahnya "karyawan semua bapak undang ke pesta natal besok di kantor ya!" | wah, maaf pak, saya nggak ikut rayain natal, saya izin ya pak | beres semakin kita takut dan khawatir nyatain prinsip agama kita | semakin kita nggak nyaman dan "nggak enakan" | akhirnya kita juga jadi korban sampaikan aja apa adanya dengan baik-baik, jangan sewot dan ngamuk | woles aja | kalo temenmu, bosmu baik, dia pasti paham kok lha gimana kalo temenmu dan sewot lalu kamu dituduh nggak toleran? | kamu tetep aja woles | berarti dia nggak cocok jadi temenmu lha gimana kalo bosmu ngamuk lalu kamu dipecat? | ya woles aja | cepet atau lambet kamu bakal dipecat juga kalo bosmu model begitu tapi pengalaman banyak orang lain juga nggak gitu | kadang-kadang orang aja yang terlalu takut hal-hal yang belum terjadi agamamu itu Islam dan Allah Tuhanmu itu Maha Kaya dan Maha Mampu | kalau kamu sudah senangkan Dia | dunia semua dikasi sama Dia kamu bisa nggak enak sama manusia padahal dia sama kayak kamu | tapi nggak pernah merasa nggak enak sama Allah pencipta-mu? toleransi itu pengertian dua belah pihak bukan hanya pengertian satu pihak | kita tahu cara agama dia, dia juga harus tahu cara agama kita dan kembali lagi tolerasi dalam Islam adalah membiarkan pemeluk agama lain melaksanakan apa yang mereka yakini | kita nggak ikut-ikutan tapi semua kembali kepada masing-masing sih | bisa aja kamu cari dalil-dalil maksa yang bolehin | ya.. hidup itu pilihan "lakum dinukum wa liya din" | bagimu agamamu bagiku agamaku | that's tolerance