Selasa, 27 September 2016

*HIJRAH, SAATNYA BERUBAH!*

*Al-Islam* No. 824-27 Dzulhijjah 1437 H-30 September 2016

*HIJRAH, SAATNYA BERUBAH!*

Tak terasa, kita akan kembali bertemu dengan awal tahun baru hijrah. Kali ini kita akan memasuki tahun 1438 Hijrah. Sayang, pergantian tahun hijrah ini masih diiringi dengan keprihatinan kita atas sejumlah kondisi buruk yang menimpa umat Islam dalam segala aspek kehidupannya. Pergantian tahun hijrah, yang akhir-akhir ini selalu diperingati oleh sebagian kaum Muslim, justru sama sekali jauh dari esensi (hakikat)-nya, yakni perubahan! Ya, esensi hijrah adalah perubahan; dari kejahilian menuju cahaya Islam; dari kekufuran dan kemusyrikan menuju tauhid dan keimanan; dari darul kufur ke Darul Islam; dari tatanan kehidupan yang rusak dan bobrok ke tatanan kehidupan yang baik dan diliputi keberkahan.
Karena itu tentu penting bagi umat Islam untuk kembali merenungkan hakikat hijrah yang esensinya adalah perubahan.

*Makna Hijrah*
Hijrah secara bahasa berasal dari kata hajara yang berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu keadaan ke keadaan yang lain (Lisân al-‘Arab, V/250; Al-Qâmûs al-Muhîth, I/637). Para fukaha lalu mendefinisikan hijrah sebagai: keluar dari darul kufur menuju Darul Islam (An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276). Darul Islam adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariah Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan keamanannya secara penuh berada di tangan kaum Muslim. Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariah Islam dan keamanannya tidak di tangan kaum Muslim sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam. Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta hijrah Nabi saw. sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi Darul Islam). Karena itu para fukaha biasa menggunakan istilah Darul Islam dan darul kufur. Frasa Darul Islam, misalnya, terdapat dalam kitab-kitab fikih Syafiiyah seperti: Rawdhah ath-Thâlibîn (I/129), Al-Umm (III/30), I‘ânah ath-Thâlibîn (IV/233), Fath al-Wahhâb (I/112), dll.

Masyarakat Sebelum Hijrah
Masyarakat Arab sebelum Rasulullah saw. hijrah adalah masyarakat Jahiliah. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah aspek.
*Pertama:* Aspek akidah. Akidah masyarakat Arab saat itu penuh dengan kemusyrikan. Di antara mereka ada yang menyembah malaikat, jin, ruh terdahulu, binatang dan berhala.
*Kedua:* Aspek sosial. Kehidupan sosial Makkah saat itu dicirikan dengan kebobrokan moral yang luar biasa. Rata-rata dari mereka adalah peminum arak, tukang mabuk. Pelacuran dan perzinaan di Jazirah Arab saat itu adalah hal biasa. Kebiadaban bangsa Arab saat itu bahkan sampai melampau batas kemanusiaan. Anak-anak perempuan yang baru lahir dibenamkan hidup-hidup ke dalam tanah (Lihat: QS at-Takwir: 8-9).
Ketiga: Aspek ekonomi. Bisnis yang dilakukan bangsa Arab saat itu sangat kental dengan riba. Bahkan pinjaman dengan bunga yang berlipat ganda (riba fadhl) telah menjadi tradisi mereka.
Keempat: Aspek politik. Secara politis bangsa Arab saat itu bukanlah bangsa yang diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Dua negara adidaya saat itu, Persia dan Kristen Byzantium, sama sekali tidak melihat Arab sebagai sebuah kekuatan politik yang patut diperhitungkan.

Masyarakat Pasca Hijrah
Setelah Rasulullah saw. berhijrah dari Makkah ke Madinah, kemudian beliau membangun Daulah Islamiyah (Negara Islam) di sana, keadaan masyarakat Arab pasca hijrah berubah total. Negara Islam yang dibangun Baginda Nabi saw. berhasil menciptakan masyarakat Islam, dari sebelumnya masyarakat Jahiliah. Faktanya, masyarakat Madinah bentukan Nabi saw.—melalui institusi Negara Islam yang beliau dirikan—adalah masyarakat yang benar-benar berbeda karakternya dengan masyarakat Arab Jahiliah sebelum Hijrah. *Pertama:* Dari sisi akidah. Yang dominan saat itu adalah akidah Islam. Bahkan akidah Islam menjadi satu-satunya asas negara dan masyarakat. Karena itu meski saat itu terdapat kaum Yahudi dan Nasrani, aturan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat secara keseluruhan adalah aturan (syariah) Islam.
*Kedua:* Dari sisi sosial. Kehidupan sosial saat itu penuh dengan kedamaian dan ketenteraman serta jauh dari ragam kemaksiatan. Perjudian diperangi. Perzinaan diberantas. Segala bentuk kemaksiatan dan kriminalitas dibabat habis melalui penegakkan hukum Islam yang tegas.
*Ketiga:* Dari sisi ekonomi. Saat itu ekonomi berbasis riba benar-benar dihapus. Penipuan dan berbagai kecurangan diberantas. Sebaliknya, cara-cara yang diakui syariah dalam meraih kekayaan dibuka seluas-luasnya.
Keempat: Dari sisi politik. Pasca Hijrahlah sesungguhnya Islam dan kaum Muslim benar-benar mulai diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Negara Islam yang dibangun Nabi saw. benar-benar disegani, bahkan ditakuti oleh musuh-musuh Islam dan kaum Muslim. Bahkan sejarah telah membuktikan, pada akhirnya dua negara adidaya saat itu, Persia dan Byzantium, dapat ditaklukan oleh Daulah Islamiyah melalui jihad fi sabilillah. Dengan jihad yang dilancarkan oleh Daulah Islamiyah itulah hidayah Islam makin tersebar dan kekuasan Islam makin meluas.

*Jahiliah Modern*
Masyarakat saat ini sebenarnya sangat mirip dengan masyarakat Jahiliah sebelum Rasulullah saw. hijrah ke Madinah. Wajar jika sebagian ulama menyebut kondisi sekarang sebagai “Jahiliah Modern”. Dari sisi akidah, berbagai kemusyrikan dan ragam aliran sesat terus bermunculan. Di negeri ini, mencuatnya kasus Aa Gatot dan Kanjeng Dimas—melengkapi kasus-kasus sebelumnya seperti kasus Guntur Bumi, Eyang Subur, Lia Eden, dll—menunjukkan betapa sebagian umat ini masih percaya dengan orang-orang 'aneh ' berbaju syaikh, wali (bahkan mengaku nabi), guru spiritual, orang pintar, ahli hikmah; dll.
Padahal mereka menyatukan penyembahan terhadap jin dengan berbagai tindak kejahatan seperti penipuan, pelecehan wanita, bahkan pesta narkoba!
Dari sisi sosial, kebejatan moral (maraknya perzinaan, pornografi-pornoaksi, dll), tindakan kriminal (pencurian, perampokan, korupsi, pembunuhan, perjudian, narkoba, dll) terus menyeruak.
Dari sisi ekonomi, riba masih menjadi basis kegiatan ekonomi. Demikian pula banyaknya transaksi-transaksi batil lainnya. Bahkan dalam hal riba, negara adalah pelaku utamanya dengan terus menumpuk utang luar negeri berbunga tinggi. Tahun ini utang negara kita sudah menembus angka Rp 4000 triliun lebih, dengan rata-rata bunga yang harus dibayar hanya dalam dua tahun (2016-2017) rata-rata Rp 200 triliun pertahun.
Di bidang politik, fenomena Pilkada DKI yang menyita energi sebagian umat pastinya juga tidak akan menghasilkan kondisi yang lebih baik. Sebagaimana Pemilu atau sejumlah Pilkada sebelum ini, jelas umat hanya diperalat untuk kemudian dijadikan korban oleh para elit politik. Mereka kembali ditipu, dikhianati dan dizalimi pasca Pemilu atau Pilkada usai. Sepanjang tahun ini, nasib umat tidak berubah sekalipun rezim berganti.
Dalam lingkup politik luar negeri, Dunia Islam tidak pernah diperhitungkan oleh negara-negara lain. Bahkan negeri-negeri Islam menjadi obyek penjajahan gaya baru oleh bangsa Barat. Irak, Afganistan Suriah porak-poranda oleh AS dan sekutunya. Palestina tetap dalam cengkeraman Zionis Israel. Konflik terjadi di berbagai negeri Islam karena campur tangan asing yang berkepentingan terhadap potensi-potensi strategisnya. Di negeri-negeri Barat diskriminasi atas umat Islam yang minoritas juga menjadi pemandangan saban hari.

Perubahan Menuju Khilafah
Karena itu saat ini sebetulnya kaum Muslim, bahkan dunia, perlu membangun kembali Daulah Islamiyah atau Khilafah Islam, yang akan mampu mewujudkan kembali masyarakat Islam, sebagaimana yang pernah dibangun Nabi saw. pasca Hijrah. Khilafah akan mengantarkan umat ini meraih kembali kemuliaan dan kejayaannya, sebagaimana pada masa lalu. Khilafah akan menjadikan dunia ini bisa hidup kembali dalam keamanan, kedamaian, kemakmuran, keadailan, kesejahteraan dan keberkahan. Khilafahlah yang akan menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan sekaligus menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Karena itu awal tahun Tahun Baru Hijrah dan hari-hari ke depan sejatinya adalah hari-hari untuk terus menggelorakan kebangkitan Islam menuju perubahan hakiki. Perubahan yang hakiki adalah perubahan yang dapat menyelesaikan secara tuntas seluruh persoalan kaum Muslim di dunia saat ini. Perubahan semacam itu tidak mungkin tercapai kecuali dengan dua hal sekaligus. Pertama: Membangun kekuatan politik internasional, yakni Khilafah Islam, yang menyatukan seluruh potensi kaum Muslim, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Kedua: Menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam Khilafah Islam tersebut. Hanya dengan cara inilah kaum Muslim akan mampu mengakhiri kondisi buruknya di bawah kekuasaan sistem Kapitalisme global menuju kehidupan mulia dan bermartabat di bawah institusi global: Khilafah Islam.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
_Hukum Jahiliahkah yang kalian kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?_ *(TQS al-Maidah [5]: 50)*. []

*Komentar al-Islam:*

Anak Laki-Laki Makin Rentan Terkena Kejahatan Seksual (Republika.co.id, 28/9/16)

1. Tidak perempuan, tidak laki-laki. Dalam sistem sekular-liberal saat ini semua bisa jadi korban kejahatan.
2. Maraknya kejahatan seksual—juga aneka kejahatan lainnya—membuktikan rezim dan sistem saat ini gagal menciptakan rasa aman bagi warganya.
3. Hanya dengan penerapan syariah dan penegakkan Khilafah rasa aman akan benar-benar bisa dirasakan oleh setiap orang.

Senin, 26 September 2016

KISAH KESETIAAN SEORANG PRAJURIT OTTOMAN TERHADAP AL-QUDS

KISAH KESETIAAN SEORANG PRAJURIT OTTOMAN TERHADAP AL-QUDS

Pada tahun 1972 M, di salah satu sudut halaman Al-Masjidil Aqsha, tampaklah seorang lelaki berumur 90-an tahun yang mengenakan pakaian tentara Turki Utsmani yang sudah dipenuhi tambalan di sana sini. Ada penutup kepala khas di kepalanya. Ia berdiri di pojok situ dengan penuh gagah perkasa. Pemandangan ini menarik perhatian seorang wartawan Turki bernama Ihan Birdigji, maka ia pun mendatanginya dan mengajaknya untuk berdialog.

Dari obrolan itu, diketahuilah bahwa lelaki tua itu bernama Hasan Ugdirli, seorang tentara Turki Utsmani di zaman khilafah Utsmaniyah. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah al’irrif yang berarti kopral, atau bahkan sersan, bergantung terjemahan yang dipergunakan dalam peristilahan sekarang.
Irrif Hasan al-Ugdirli menceritakan bahwa pada tahun 1917 M, Palestina terjatuh menjadi tanah jajahan Inggris setelah kekalahan pasukan Turki Utsmani.

Saat itu, ada 53 tentara Turki Utsmani yang menolak untuk keluar dari kota Al-Quds, mereka tetap dengan penuh tekad untuk tetap berada di Al-Quds, untuk menjaganya agar tidak terjadi kekacauan dann penjarahan jika pasukan Inggris memasuki kota suci itu.

Diantara alasan 53 prajurit itu, saat itu, adalah agar tidak ada kesan, atau citra, atau cerita bahwa:
“Negara khilafah Utsmaniyah telah membiarkan dan menelantarkan kota Al-Quds”,
“Agar Al-Masjidil Aqsha tidak menangis setelah empat abad”,
“Agar nabi Muhammad SAW tidak merasakan sakit”,
“Kami tidak ingin melihat dan menyaksikan dunia Islam tenggelam dalam duka”.

Al-‘Irrif Hasan melanjutkan ceritanya: “lalu, tahun demi tahun pun berlalu dengan begitu cepat, seperti kerdipan mata saja, satu demi satu, kawan-kawan ku meninggal dunia. Musuh tidak bisa menghabisi kami, yang bisa menghabisi kami hanyalah qadar dan kematian, dan lihatlah saya ini, al-‘irrif Hasan, saya tetap menjalankan tugasku sebagai penjaga kota Al-Quds yang mulia, sebagai penjaga Al-Masjidil Aqsha”.
Saat bercerita, kedua mata al-‘Irrif Hasan dipenuhi oleh air mata.

Lalu al-‘Irrif Hasan melanjutkan ceritanya: “Wahai anakku (maksudnya: wartawan Turki yang mewawancarainya), saat engkau nanti kembali ke Anadhol (maksudnya: Turki), pergilah ke desa Sinjak Toukat, di sana ada komandanku yang bernama an-naqib Musthafa (maksudnya: Kapten Musthofa) yang pada waktu itu menitipkan kota Al-Quds dan Al-Masjidil Aqsha kepada kami, pergilah kamu untuk menemui dia, cium kedua tangannya atas nama kami dan katakan kepadanya: “Wahai tuan kapten, al-‘irrif Hasan al-Ugdirli, kepala kelompok pemegang senjata Bren yang ke-11, Batalion 8, barisan ke-36, divisi 20, yang menjadi penjaga di Al-Masjidil Aqsha, tetap berdiri pada posisinya sebagai seorang penjaga semenjak engkau tinggalkan dan belum pernah sekalipun meninggalkan tugasnya, dan sungguh, dia sekarang memohon banyak do’a keberkahan darimu”!

Al-‘Irrif Hasan tetap bertugas menjaga Al-Masjidil Aqsha, meskipun untuk itu beliau meninggalkan tanah air dan keluarganya, hatinya dipenuhi oleh nilai-nilai keberanian, kegagahan, kehormatan dan kemuliaan yang tidak dapat diketahui nilainya kecuali oleh mereka-mereka yang mulia.
Hanya kematianlah yang dapat mengakhiri tugas beliau, di mana beliau meninggal dunia pada tahun 1982 M, dan beliau adalah petugas terakhir dari khilafah Utsmaniyah yang menjaga Al-Masjidil Aqsha dan beliau pun dikuburkan di kota Al-Quds, tempat beliau menjalankan tugas dengan penuh kesetiaan sampai akhir hayatnya.

Semoga Allah SWT merahmati al-‘Irrif Hasan dan menerima seluruh perjuangannya, serta memasukkannya ke dalam kalangan syuhada fi sabilillah, amin.

[Ust. Musyafa Ahmad Rahim, MA.]

Minggu, 25 September 2016

AKIDAH TATHAYUR PRAKTIK SYIRIK MASA JAHILIAH

AKIDAH TATHAYUR PRAKTIK SYIRIK MASA JAHILIAH

Ditulis oleh : Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak

Setiap perilaku yang dinisbahkan kepada masa jahiliah adalah tercela, demikian disebutkan oleh asy-Syaikh Shalih al-Fauzan dan lainnya. Namun, sangat disayangkan masih banyak kaum muslimin yang memiliki keyakinan seperti orang-orang di masa jahiliah.

Di antara sekian perilaku jahiliah yang banyak kaum muslimin terjatuh ke dalamnya adalah tathayur; beranggapan sial dengan yang dilihat, didengar, atau lainnya; disebut juga thiyarah. Tathayur adalah perbuatan orang musyirikin jahiliah, perbuatan orang-orang yang mengingkari para rasul Allah Subhanahu wata’ala.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

فَاِذَاجَآءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَاهٰاذِهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوْسٰى وَمَنْ مَعَهُ ۗ اَلَآ اِنَّماَ طَآ ئِرُهُمْ عِنْدَ اللهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرُهُمْ لَايَعْلَمُوْنَ۝

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, “Itu adalah karena (usaha) kami.” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (al-A’raf: 131)

Makna ayat di atas, ketika Fir’aun dan pengikutnya mendapatkan kebaikan berupa kesuburan, kelapangan, dan kesehatan mereka berkata, “Kami memang pantas dan berhak mendapatkannya.” Namun, ketika mendapatkan musibah berupa bencana atau kemarau, mereka pun bertathayur dengan Musa dan pengikutnya. Mereka berkata, “Ini adalah karena kesialan Musa dan pengikutnya, kita tertimpa kesialan mereka.” Maka Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah.”

Yakni, datangnya kesialan datang dari Allah Subhanahu wata’ala karena sebab kekufuran mereka dan perbuatan mereka mendustakan ayat-ayat Allah Subhanahu wata’ala dan para rasul-Nya. Tathayur adalah simbol musyrikin dan perilaku jahiliah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

قَالُوْآ اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ ۚ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ  وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا  عَذَابٌ اَلِيْمٌ۝ قَالُوْا طَآئِرُكُمْ مَعَكُمْ ۗ اَئِنْذُكِّرْتُمْ ۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُوْنَ۝

“Mereka menjawab,“Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.” Utusan-utusan itu berkata, “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas.” (Yasin: 18-19)

Makna ayat di atas, bagian kalian dan apa yang menimpa kalian berupa kejelekan adalah karena sebab perbuatan dan kekufuran kalian serta karena kalian menyelisihi para pemberi nasihat. Bukan karena kami ataupun sebab kami, melainkan semata karena perbuatan kalian yang zalim dan melampaui batas. Kesialan orang zalim ada pada dirinya sendiri. Kejelekan yang menimpanya adalah dia sendiri yang menyebabkannya dan tentunya terjadi dengan takdir Allah Subhanahu wata’ala.

Makna Tathayur

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah berkata, “Tathayur adalah beranggapan sial dengan sesuatu yang terlihat, terdengar, atau sesuatu yang telah maklum. Yang terlihat seperti terbangnya burung, yang terdengar seperti suara burung dan sejenisnya, serta yang maklum yakni sesuatu yang tidak terdengar dan tidak terlihat, seperti beranggapan sial dengan hari tertentu, dengan bulan tertentu, dan lainnya.”

Seorang yang bertathayur telah menyelisihi perkara tauhid dari dua sisi,

    Dia memutuskan hawa nafsu tawakalnya kepada Allah Subhanahu wata’ala dan bersandar kepada sesuatu selain-Nya.
    Menggantungkan hati kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya. (diringkas dari al-Qaulul Mufid Syarah Kitab at-Tauhid)

Asy-Syaikh Abdurahman bin Hasan berkata, “… Tiyarah (tathayur) adalah syirik karena terkandung perbuatan menggantungkan hati kepada selain Allah Subhanahu wata’ala.” (Fathul Majid)

Dalil Haramnya Tathayur

Banyak dalil yang menunjukkan haramnya tathayur, bahkan tathayur adalah satu macam kesyirikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثلاَثًا

“Tiyarah adalah syirik, tiyarah adalah syirik (beliau ucapkan tiga kali)….” (HR. Abu Dawud no. 3910, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh Albani)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

لاَعَدْوَى، وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ، وَلاَ صَفَرَ.

“Tidak ada penyakit menular, tidak ada tiyarah, hamah, dan tidak ada pula (bulan) Shafar.[1]” (HR. al-Bukhari no. 5757)

Asy-Syaikh Abdurahman bin Hasan menerangkan, hadits ini jelas menunjukkan haramnya tiyarah, dan tiyarah adalah syirik karena terdapat perbuatan menggantungkan hati kepada selain  Allah Subhanahu wata’ala.

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah juga berkata, “Tathayur menjadi syirik besar jika seorang yang bertathayur meyakini perkara yang dia jadikan sarana tathayur bisa berbuat dan melakukan kejelekan dengan sendirinya. Jika dia meyakini sebagainya sebab saja, hukumnya adalah syirik kecil.”





Bentuk-Bentuk Tathayur, Kesyirikan yang Dianggap Biasa

Kalau kita mau mengumpulkan bentuk-bentuk tathayur yang dilakukan masyarakat, niscaya akan kita dapatkan banyak sekali bentuk tathayur yang mereka lakukan dengan berbagai macam objeknya. Lebih sangat disayangkan, banyak orang menganggap hal tersebut sebagai perkara biasa. Mereka tidak paham bahwa perkara tathayur merusak tauhid seorang muslim.

Dalam tulisan ini akan disebutkan secara global sebagian bentuk tathayur yang ada di masyarakat kita. Mudah-mudahan menjadi nasihat bagi kaum muslimin untuk menjauhi tathayur dan mengingatkan orang lain yang masih sering melakukannya.

Di antara bentuk tathayur yang menyebar di masyarakat kita :

1. Bertathayur dengan melihat arah terbangnya burung

Ini adalah asal mula tathayur; beranggapan sial dengan burung. Jika melihat burung terbang ke kanan misalnya, mereka melakukan apa yang telah diniatkan sebelumnya. Namun, jika melihat burung ke arah kiri, mereka mengurungkan niat beraktivitas, bepergian, atau lainnya.

2. Bertathayur dengan hari tertentu

Di antaranya adalah keyakinan sebagian orang bahwa malam Jum’at adalah malam yang keramat, yang pada hari itu banyak terjadi musibah. Di sebagian daerah, orang tidak mau bekerja di hari Senin. Masuk ke dalam poin ini, perbuatan sebagian orang yang menganggap sial kalau anaknya lahir di tanggal dua puluh satu.

3. Bertathayur dengan bulan tertentu

Seperti keyakinan jahiliah yang meyakini Shafar sebagai bulan sial dan Syawal adalah bulan sial bagi yang menikah di bulan tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Aisyah radhiyallahu ‘anha di bulan Syawal dan Aisyah radhiyallahu ‘anha berbangga-bangga dengan itu kepada istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam al-Bidayah wan Nihayah, “Bersandingnya RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallam dengan Aisyah radhiyallahu ‘anha di bulan Syawal adalah bantahan bagi sebagian orang yang tidak menyenanginya dengan sangkaan khawatir adanya perceraian di antara keduanya.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata,

لاَعَدْوَى، وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ، وَلاَ صَفَرَ.

“Tidak ada penyakit menular, tidak ada tiyarah, tidak ada keyakinan kepada burung hantu, dan tidak ada keyakinan tentang sialnya(bulan) Shafar.”

Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adalah beranggapan sial di bulan tersebut. Ibnu Rajab rahimahullah berkata bahwa beranggapan sial dengan bulan Shafar termasuk tiyarah yang dilarang, demikian juga beranggapan sial dengan hari tertentu seperti hari Rabu dan anggapan sial ala jahiliah jika menikah di bulan Syawal. Semisal dengan ini di masyarakat kita adalah tiyarah dengan bulan Sura (Muharram) sehingga sebagian orang tidak mau melakukan acara pernikahan di bulan tersebut.

4. Bertathayur dengan angka tertentu

Sebagian mereka beranggapan sial dengan angka tertentu. Kelompok yang paling terkenal kedunguannya dalam masalah angka adalah Syiah Rafidhah, karena mereka antipati terhadap angka sepuluh. Mengapa? Karena akidah mereka yang sesat membenci bahkan mengkafirkan sepuluh orang sahabat yang dipastikan masuk surga (termasuk Ali).

Masuk ke dalam poin ini adalah perbuatan sebagian orang yang menganggap adanya nomer-nomer keberuntungan, seperti angka delapan, atau nomer-nomer sial, seperti angka tiga belas. Mereka rela mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli nomer-nomer telepon atau memesan pelat nomer kendaraan yang mengandung hoki (keberuntungan) menurut mereka, angka delapan misalnya.

5. Bertathayur dengan ayat al-Qur’an

Sebagian orang bahkan beranggapan sial dengan al-Qur’an. Mereka membuka mushaf, jika yang terbuka ayat tentang azab mereka pun beranggapan sial.

6. Bertathayur dengan burung hantu

Di antara bentuk tiyarah jahiliah adalah beranggapan sial dengan burung malam atau kadang disebut burung hantu. Sebagian orang berkeyakinan kalau rumahnya didatangi burung tersebut, ada salah seorang dari penghuninya yang akan wafat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,

لاَعَدْوَى، وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ

“Tidak ada penyakit menular, tidak ada tiyarah, dan tidak ada keyakinan kepada burung hantu….”

Asy-Syaikh Abdurrahman Alu asy-Syaikh berkata, “Al-Farra’ berkata, ‘Al Hamah adalah salah satu burung malam’.”

Ibnul Arabi rahimahullah berkata, “Mereka dahulu turut beranggapan jika ada burung hinggap di rumah salah seorang dari mereka, ia akan berkata, ‘Burung ini membawa kabar duka untukku atau kepada salah seorang penghuni rumah’.” Demikian yang terjadi di masyarakat Arab. Bisa jadi, setiap masyarakat memiliki anggapan demikian terhadap jenis burung yang lain.

7. Bertathayur dengan gatal yang ada di tubuhnya

Kalau gatal di telapak tangan kanan, itu tanda kebaikan; kalau yang gatal yang kiri berarti tanda kejelekan.

8. Diantara bentuk tathayur yang ada, mereka tidak jadi bepergian karena ketika hendak pergi ada gelas atau piring yang pecah atau melihat hewan tertentu

9. Bertathayur dengan suara gemuruh di telinga

Ketika di telinganya ada suara-suara gemuruh dianggap sebagai tanda kejelekan.

10. Bertathayur ketika bertemu dengan orang buta atau cacat lainnya

11. Bertathayur dengan tempat tertentu

Di antara perkara yang dijadikan bahan tathayur adalah tempat, ketika banyak kecelakaan di satu tempat misalnya, mereka menganggap sebagai tempat “angker” yang memiliki pengaruh dalam kecelakaan-kecelakaan yang ada.

12. Sebagian pedagang melakukan tathayur dengan minta uang pas dari pembeli pertama

             Sebagian mereka beranggapan kalau dalam penjualan pertama (penglaris) mengeluarkan uang kembalian maka akan merusak jualannya di hari tersebut.

13. Bertathayur dengan beberapa aktivitas

Di antaranya tathayur dengan menyapu rumah ketika dirinya sedang safar atau (pergi ke) salah satu keluarganya. Mereka menyangka bahwa itu adalah sebab kebinasaannya. Demikian juga mereka bertathayur dengan menyapu rumah di waktu siang atau malam karena mereka menyangka itu adalah sebab dihilangkan berkah dan rezeki.

Terapi Tathayur

Jika kita telah tahu bahwa tathayur adalah perbuatan syirik, seorang muslim harus berusaha menjauhkan dirinya dari tathayur. Di antara usaha yang bisa dia lakukan adalah:

1. Memahami bahaya tiyarah

Tiyarah menunjukkan kurangnya akal, rusaknya pandangan, dan penyimpangan dari jalan yang lurus karena tiyarah adalah kesyirikan, satu di antara sekian maker setan yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan sebuah kejadian.

2. Mujahadah

Maknanya bersungguh-sungguh dalam usaha menghilangkan tiyarah yang ada dalam jiwanya terus melawannya hingga hilang tiyarah secara total.

3. Mengimani qadha dan qadar

Ia yakin bahwa apa yang akan menimpanya pasti akan mengenainya dan sesuatu yang tak ditakdirkan mengenainya tak akan pernah menimpanya.

4. Berbaik sangka kepada AllahSubhanahu wata’ala

Ia yakin bahwa Allah Subhanahu wata’ala menetapkan sesuatu dengan penuh keadilan, rahmat, dan hikmah-Nya.

5. Melanjutkan niatan yang ada di hatinya, tidak menoleh sedikit pun

6. Berdoadengan doa-doa yang syar’i

7. Tawakal kepada AllahSubhanahu wata’ala

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan menyatakan ini adalah perkara pokok dalam menghilangkan tathayur. Kemudian dia hendaknya melanjutkan amalan atau kegiatan yang hendak ia lakukan kemudian yang ketiga dia berdoa dengan doa-doa yang disyariatkan. (Lihat I’anatul Mustafid)

8. Minta perlindungan kepada AllahSubhanahu wata’ala, karena tiyarah termasuk bisikan setan

وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْبِا اللهِ ۖ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ۝

“Jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushilat: 36)

Penutup

Mudah-mudahan sedikit tulisan ini bisa menjadi pencerahan bagi orang-orang yang terkadang masih terjatuh pada tathayur dan juga bermanfaat sebagai bahan nasihat bagi kaum muslimin.

—————————————————————

    “Tidak ada penyakit menular”, maksudnya yang menular dengan sendirinya tanpa kehendak Allah. “Hamah” maksudnya anggapan sial dengan burung hantu. Adapun “tidak ada bulan Shafar” maksudnya anggapan sial dengan bulan Shafar. (-ed.)

Jumat, 23 September 2016

Permudah proses pernikahan, Jangan dipersulit itu ajaran Islam

# Memudahkan Mahar dan Resepsi Sederhana Pernikahan

Bagi calon pengantin, orang tua dan calon mertua, mudahkanlah mahar dan sederhanakan resepsi pernikahan sewajarnya sesuai keadaan. Janganlah dipaksakan padahal tidak mampu

Kita mencari berkah bukan gengsi, kita mencari ridha Allah bukan Ridha manusia. Allah yang menghidupi, bukan kenyang dengan gengsi.

Jika dijelaskan baik-baik kepada keluarga, mereka akan paham bahwa dana lebih baik dialokasikan untuk membangun rumah tangga di  awal-awal pernikahan.

Sebagai bahan renungan:

[1] Mahar yang mudah akan membuat pernikahan berkah
Berkah itu adalah bahagia dunia-akhirat baik kaya maupun miskin. Tidak sedikit orang kaya tetapi rumah tangga tidak bahagia dan tidak berkah

[2] Resepsi dianjurkan sederhana sesuai keadaan, tidak dipaksa apalagi sampai harus berhutang, sehingga dana yang ada bisa digunakan untuk awal membangun rumah tangga
Dalam hadits dijelaskan, makanan yang paling jelek adalah makanan walimah yang diundang hanya orang kaya saja, orang miskin tidak diundang

[3] Mempercepat pernikahan dan menyelamatkan dari zina
Tidak sedikit kedua calon siap menikah, tetapi dipersulit dengan beratnya mahar dan biaya resepsi, cinta dan gelora muda tertahan paksa bahkan ada juga yang "tabrakan duluan".

[4] Menunda anak perempuannya menikah akan membuat anak perempuannya tidak bahagia
Karena wanita butuh kepastian cinta, dan kepastian itu adalah dengan menikah bukan hanya janji, Apalagi jumlah wanita semakin banyak dan laki-laki semakin sedikit

[5] Jika ditunda atau ditolak terus, anak perempuannya bisa tidak mendapatkan jodoh dan menjadi perawan tua

Baca dalil selengkapnya ا:

https://muslimafiyah.com/memudahkan-mahar-dan-resepsi-sederhana-pernikahan.html

Fenomena Ibu Hamil dan Jimat dalam Budaya Banjar

Fenomena Ibu Hamil dan Jimat
=============================
Orangtua mana yg tdk khawatir tatkala sang buah hati yang telah lama dinanti, saat lahir menangis tanpa henti. Dokter pun tak bisa mengobati, karena memang secara medis sakit tak terdeteksi. Ada apa gerangan?Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Setiap bayi dari anak keturunan adam akan ditusuk dengan tangan setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia berteriak menangis, karena udisentuh setan. Selain Maryam dan putranya. (HR. Bukhari 3431). Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, membaca surat Ali Imran:36.
Selain itu ada beberapa hal yg membuat bayi tersebut menangis atau diganggu syaitan.
-Orangtua yg memakai jimat saat hamil
-memakaikan jimat pada anak
-menggantungkan jimat di ayunan.
-jin keturunan.
-orangtua gangguan jin atau terkena sihir sehingga jin juga mengganggu bayinya.
Karena itu wahai orangtua, tugas anda tidak hanya mengajarkan dan mendidik anak, tapi juga melindunginya hingga ia mampu menjaga dirinya sendiri. Dan kelak ia lah yang akan merawatmu.
Untuk sebagian kasus, bayi berhenti menangis setelah jimat-jimat dan semua kesyirikannya dihancurkan. Ada berbagai jenis jimat yg biasa digunakan ibu hamil (bumil) dan dipasangkan pada bayi.
-tali pusar
-Bulu landak
-bawang merah ditusuk-tusuk (mau bikin sate bawang mungkin)
-akar-akar
-tulang (karena tulang adalah makanan jin, baca: H.R. Muslim No. 682)
-gunting
-cermin
-wapak
-paku (kenapa ga sekalian palu? Biar jd tukang bangunan :-D)
-dan benda lainnya. Padahal itu tidak akan membuat syaitan takut. Justru sebaliknya, wahai ibu.. syaitan akan semakin leluasa menganggu.
Seharuanya tatkala sang buah hati lahir, doakan ia. Seperti yang dicontohkan oleh istri Imran, yang merupakan ibunya maryam.
Allah menceritakan kejadian ketika istri Imran melahirkan Maryam, Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36).
Satu hal yang istimewa, karena doa ibunda Maryam ini, ketika Maryam lahir, dia tidak diganggu setan, demikian pula ketika Nabi Isa dilahirkan. Allah mengabulkan doa ibunya Maryam.
Tapi sungguh miris, ketika sejak masih dikandungan sudah diwarnai ia dengan kesyirikan... ntah dari mana keyakinan yang menyimpang itu berawal, kadang dari orangtua, kadang disuruh keluarga, saran dari tetangga, dan sebagainya. Mungkin niatnya baik, agar tdk terjadi apa2 pada kandungan nantinya. Tapi apa yang ibu lakukan justru sebaliknya. Jangan sampai pendidikan tinggi tapi aqidah merosot.
Banyak saya temui, fenomena unik dan lucu, ada bumil yang bawa-bawa paku, kalau ketusuk perut kan bahaya bu? "Kenapa ga sekalian aja bawa palu, biar jadi tukang bangunan .." candaku pada beberapa beberapa ibu-ibu.
Yg lebih lucu lagi ada orangtua yg mengaku minjam jimat pada tetangganya. Ada-ada saja. Jimat saja sampai minjam. Jimatnya pun lucu, bawang ditusuk-tusuk pakai bulu landak, udah kaya sate bawang saja.
Alhamdulillah.. ruqyah syar'iyyah adalah salah satu sarana yg efektif untuk menyembuhkan penyakit hati ini.
Sang anak pun mulai tenang dan tak rewel lagi, setelah jimat dihancurkan dan dibacakan ayat Alqur'an. Bagi para ibu-ibu, jauhilah benda seperti itu, karena sungguh tdk ada manfaatnya, selain membuat ibu syirik dan anak sakit.
Jgn pula ibu salah kaprah menggantungkan Alqur'an dan tulisan2 Arab di ayunan. Alqur'an itu dibaca lalu diamalkan, barulah ia memberikan manfaat dan perlindungan atas izin Allah.
Ketahuilah, Alqur'an itu disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dalam bentuk suara kemudian dihafalkan.. tidak pernah dalam bentuk tulisan. Maka Iqro!! Bacalah!!
Jika tulisan Alqur'an ibu jadikan jimat atau ditempelkan dibadan. Ibarat obat yang harusnya diminum hanya disimpan, tapi tdk diminum. Apakah bisa mengobati? Tidak akan, sesekali tidak akan pernah.
Begitu pula dengan Alqur'an, bukan untuk dijadikan jimat atau pajangan. Itu justru penistaan dan trmasuk sebuah kesyirikan. Karena tulisan itu adalah makhluk, yang ditulis oleh manusia. Sementara Alqur'an yg dibacakan, saat itulah Ia (Zat Allah) yg dapat menjadi obat dan rahmat.
Saran saya buat para ibu, lindungilah anakmu, jangan perkenalkan ia dengan lagu-lqgu, atau musik, apalagi berjoget-joget ria.
Perdengarkanlah Firman Allah padanya. Sebelum tidur, lakukanlah perlindungan dengan mendekakatkan tangan ke mulut, bacakan 3 qul (al ikhlas, al falaq, dan an nas) setaip selesai 1 suroh tiupkan ke tangan, kemudian usapkan ke seluruh tubuhnya. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada kedua cucunya Hasan dan Husein.
Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah pernah membacakan isti’adzah (perlindungan) untuk kedua cucunya Hasan dan Husein,seraya bersabda, “Sesungguhnya bapak kalian (Nabi Ibrahim) telah membacakannya (juga) untuk kedua anaknya Isma’il dan Ishaq, yaitu ‘Aku mohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap (kejahatan) syetan dan binatang berbisa serta mata yang jahat (membahayakan).” (HR. Bukhari).

UNTUK ANJING ROMAWI RAJA NAQFUR DARI KHALIFAH HARUN ARRASYID

UNTUK ANJING ROMAWI...
Oleh : Ust. Budi Ashari, Lc
Maaf judulnya kurang nyaman didengar. Mungkin karena posisi kita tidak sedang berhadapan dengan musuh. Atau merasa tidak sedang berhadapan.
Kalimat di atas bukan kalimat saya. Hanya nukilan dari sebuah surat. Dari orang besar dalam sejarah Islam yang menunjukkan izzah (kemuliaan dan harga diri) muslim.
Kisahnya ada di masa Harun Ar Rasyid. Saat dia memerintah Dinasti Bani Abbasiyah dengan cemerlang untuk kebesaran Islam dan muslimin, Romawi dipimpin oleh seorang wanita yang bernama Reny.
Kekuatan muslimin di bawah kepemimpinan Harun Ar Rasyid sangat luar biasa. Kekuatan itu memaksa Romawi yang diwakili oleh Rajanya Reny meminta damai dan siap membayar jizyah tahunan mulai tahun 181 H/797 M. Reny terus setia membayar setiap tahun ke kekhilafahan.
Hingga Reny meninggal tahun 186 H / 802 M. Penggantinya adalah mantan pejabat di Romawi yang bernama Naqfur. Naqfur sangat percaya diri karena didukung oleh semua pihak. Kepercayaan diri itu membuatnya nekad mengirim surat kepada Kholifah Harun Ar Rasyid. Berikut bunyi suratnya,
📜 Dari Naqfur Raja Romawi 📜
"Untuk Raja Arab"
Sesungguhnya raja sebelum saya memposisikan anda sebagai raja (dalam catur) dan memposisikan dirinya sebagai prajurit, maka ia pun mengirimkan kepada anda hartanya dalam jumlah banyak. Itu dikarenakan kelemahan dan kebodohannya sebagai wanita. Jika anda telah membaca suratku ini, maka kembalikan semua hartanya yang telah anda terima dan tebuslah dirimu. Kalau tidak, pedang di antara kami dan anda.
Membaca surat tersebut, mencuatlah kemarahan Harun Ar Rasyid hingga tak ada satupun orang yang berani melihat wajahnya. Para stafnya bahkan bubar dari ruangannya karena takut. Begitu marahnya.
Harun Ar Rasyid pun meminta pena dan kertas. Dia menulis,
🍃 Bismillahirrahmanirrahim🍃
📜 Dari Harun Ar Rasyid Amirul Mu’minin📜
"Untuk Naqfur anjing Romawi"
Aku telah membaca suratmu, hai anak wanita kafir. Jawaban saya adalah apa yang akan anda lihat bukan apa yang anda dengar.
Harun Ar Rasyid kemudian menyiapkan pasukan dengan dia yg memimpin langsung. Yang dituju adalah Kota Hirqalah (dekat Konstantinopel).
Pertempuran pun terjadi. Dan muslimin mendapatkan kemenangan gemilang. Naqfur ketakutan dan segera minta damai dengan bersedia membayar kembali jizyah tahunan kepada muslimin. Jumlah yang harus dia bayar setiap tahun adalah 300.000 Dinar.
Selanjutnya Naqfur kembali mencoba ‘peruntungan’ dengan cara mengingkari kesepakatan tersebut. Maka, kembali Harun Ar Rasyid mengirimkan pasukan. Dan hasilnya lebih dahsyat lagi. Kekalahan Romawi lebih besar, Akhirnya naqfur meminta bayar jizyah tahunan lagi dan ditambah melepaskan seluruh tawanan muslimin di Romawi. (Lihat: Tarikh Al Islam dan Siyar A’lam An Nubala’, keduanya karya Adz Dzahabi)
Inilah kisah sejarah Islam. Saat muslimin masih dekat dengan syariat Allah. Kemuliaan, harga diri, kehormatan, kekuatan. Hingga musuh tidak punya pilihan bahkan sekadar untuk mengancam. Tak pernah boleh ada yang mengganggu aqidah dan kehidupan muslimin.
Karena hanya Islam yang jika berkuasa, mampu menegakkan keadilan.
Duhai apakah masa lalu itu akan kembali
Sesungguhnya aku mengakui kerinduanku pada masa itu
Kita pernah membangun sekian lama kerajaan di bumi ini
Yang ditopang oleh generasi muda yang bergairah dan bercita tinggi (Hasyim Ar Rifa’i)
Saat itulah, keluarga-keluarga muslim berlomba melahirkan generasi sebanyak dan sehebat mungkin. Saat itulah, hampir tak ada orangtua yang khawatir peradaban kafir mempengaruhi anak-anak mereka. Saat itulah, yang ada adalah mempengaruhi dan mengarahkan dunia.
Pertanyaanya.. kapan kah saat seperti itu akan kembali ??
Segera.. in syaa Allaah..
Di depan mata kita..
Dengan atau tanpa kita..
Senang atau sebaliknya..
Walau orang2 munafik mencemoohnya..
Walau orang2 kafir membencinya..
Ketahuilah bahwa..
Ridho Allaah bersama orang2 yang menegakkan syariatNya..

Posko Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Garut DPD I HTI Jabar


Posko Penanggulangan Bencana Banjir Bandang, DPD I HTI Jabar.
Untuk meringankan beban saudara-saudara kita, HTI Jawa Barat menerima donasi untuk disalurkan kepada masyarakat terdampak musibah banjir Bandang, mulai emergency hingga mental recovery.
Adapun Posko HTI Jabar terletak di:
1. Lapangan depan RSUD Dr. Selamet, Garut
2. Rumah Ust. Yudi, Jl. Otista, Gg. Family Baru No 47 RT 02/RW 01, Kec. Tarogong, Garut
Untuk donasi bisa disalurkan via rekening sbb:
Mandiri Syariah (kode tranfer: 451)
No Rek: 703.435.5694
a/n Yadi Riyadhi Rachman
Konfirmasi donasi: 08211.760.4340
BNI Syariah (kode transfer: 009)
No Rek: 0246.423.120
a/n Wachyu
Konfirmasi donasi: 081.222.906.727
Informasi:
Ust. Dendi, 0897.47.99955